"Bahaya itu nyata, tetapi menjadi takut itu pilihan."Â - Will Smith dalam "After Earth" (2013)
Ada banyak alasan mengapa seseorang bersembunyi atau melarikan diri. Salah satunya adalah karena merasa takut, atau merasa terancam oleh suatu bahaya.
Bersembunyi atau melarikan diri terkadang bisa menjadi jalan selamat. Namun, tak jarang juga bisa menyebabkan munculnya perasaan takut dan perasaan terancam yang lainnya.
Bersembunyi atau melarikan diri bisa saja dalam arti yang sebenarnya maupun dalam makna kiasan. Namun untuk keduanya dampaknya sama-sama nyata. Oleh karena bahaya senantiasa ada selama kita hidup, maka kehidupan di dunia ini terasa bagai sebuah pengembaraan, untuk tidak menyebutnya sebagai sebuah pelarian, apalagi persembunyian.
Dalam gambaran ini, kehidupan bukanlah menjadi sebuah tujuan, melainkan sebuah proses. Umumnya demi mencapai sebuah tujuan, kita akan senantiasa berusaha untuk tetap mampu bertahan menjalani proses.
Dari sanalah datangnya harapan. Harapan itu didasari oleh iman. Ia adalah dasar dari segala sesuatu yang kita percayai, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Selalu ada harapan dalam hidup karena hidup belum berakhir. Sesuatu yang sudah berakhir tentu bukan lagi sesuatu yang perlu untuk diharapkan, karena telah menjadi kenyataan.
Dalam kehidupan yang diisi oleh suka dan duka silih berganti, atau bahkan bisa saja terasa melulu diisi duka, pun sepatutnya selalu masih terselip harapan di dalamnya. Harapan itu setidaknya seperti bunga plum yang hanya mekar sebentar, lalu gugur ke tanah.
Namun, bunga plum dalam kesementaraannya masih tetap bermanfaat sebagai obat. Angin membawa bijinya hingga tersebar dan akan tumbuh di suatu tempat yang bahkan jauh dari tempat hidupnya semula.