Membaca tulisan di dinding, merenungi sebuah catatan di ujung waktu.
Kisah yang berasal dari istana Belsyazar di kekaisaran Babilonia menjelang keruntuhannya.
Ini adalah kisah Daniel, dia yang dipanggil Beltsazar dalam bahasa Kasdim. Didaulat membaca sebuah tulisan di dinding.
"Mene, mene, tekel ufarsin"
Satu mina, satu syikal, dan setengah mina.
Kekuasaan dihitung untuk diakhiri, ditimbang dan didapati terlalu ringan, kemudian dipecah untuk dibagi-bagi.
Setiap orang barang tentu menghadapi kesulitan di setiap zamannya.
Setidaknya untuk satu alasan, ucap dan tindak perlu seiring jalan dalam hidup.
Jatuh dan bangun adalah perjuangan abadi melintasi segala zaman. Hingga catatan berakhir, sejarah ditutup, kerajaan runtuh, mati.
Apa yang dahulu ada sekarang pun masih ada. Apa yang sekarang ada akan segera berlalu, masa depan segera menjadi hari ini.
Dalam rasa yang paling pahit, benar bahwa waktulah yang akan menyembuhkan. Kalau bukan hari ini, mungkin besok, atau lusa.
Waktu mencatat peristiwa menjadi sejarah. Sekurangnya menjadi catatan kaki di ujung waktu.
Dari sana kita belajar untuk kemudian mampu berujar. Kita berkata, "Waktu yang akan membuktikannya." Dan terbukti, sejarah berulang, berputar-putar, sekilas tampak maju, sebentar kemudian runtuh, mati.