Suatu hari pada tahun 1992.
Siang itu matahari bersinar terang, langit biru nyaris tanpa saputan awan.
Jam pulang sekolah adalah waktu yang paling ditunggu murid-murid. Usai jam sekolah adalah awal jam bermain yang panjang bagi anak-anak di desa kami.
Tapi itu tidak berlaku bagi sebagian besar anak. Sepulang sekolah, sehabis makan siang, adalah awal bagi kerja bakti mereka.
Kerja bakti dalam hal ini bukanlah kegiatan gotong royong desa, melainkan bakti membantu orang tua. Entah membantu pekerjaan di ladang atau sawah, mencuci pakaian, mencuci piring, membersihkan rumah, menjaga adik-adiknya yang masih kecil, dan berbagai urusan domestik lainnya di dalam rumah.
Itu adalah gambaran keseharian kami bersama sebagian besar teman sebaya saat duduk di bangku kelas tiga SD.
Dalam KBBI, bakti berarti tunduk dan hormat; perbuatan yang menyatakan setia, kasih, hormat, tunduk (kepada Tuhan Yang Maha Esa; seorang anak kepada orang tuanya); memperhambakan diri; setia: sebagai tanda setia kepada nusa dan bangsa.
Oleh karena pada saat ini sebagian besar manusia sedang dilanda demam sepak bola terkait perhelatan Euro 2020Â dan Copa America 2021, saya jadi teringat ungkapan seorang pesepak bola dari Kamerun.
"Saya berharap Tuhan akan menurunkan keajaiban dan memberikan kemampuan untuk kami mempertahankan kehormatan negara." Itu adalah kutipan pernyataan dari Samuel Eto'o jelang pertandingan antara Kamerun melawan Kroasia pada ajang Piala Dunia, World Cup 2014.
Kutipan itu menurutku cukup "menendang" dalam memaknai bakti. Dalam kasus itu adalah bakti dari satu tim kesebelasan sepak bola kepada negaranya.
Setiap kita pada setiap zaman mengalami tantangan masing-masing. Dalam banyak hal jelas kita harus menyesuaikan diri.