Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo menyimpan beberapa hal yang unik. Ada beberapa jejak yang menjadi saksi sejarah betapa gigihnya perjuangan melawan penjajahan kolonial Belanda di kota ini pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
Salah satunya adalah Makam Pahlawan Kabanjahe. Ini merupakan salah satu makam pahlawan terbesar di Indonesia.
Menurut penuturan para orang tua, hanya ada dua taman makam pahlawan yang seperti ini di Indonesia. Satu yang ada di Kabanjahe, dan satunya lagi adalah Makam Pahlawan Bung Tomo di kota Surabaya.
Beberapa nama pahlawan pemuda Karo itu diabadikan sebagai nama jalan di Kota Kabanjahe. Seperti, Letnan Mumah Purba, Kapten Bangsi Sembiring, Letnan Rata Perangin Angin, Kapiten Purba, Kapten Pala Bangun, Nabung Surbakti, Kapten Mariam Ginting, Kapten Bom Ginting, Kapten Selamat Ketaren, Letnan Abdul Kadir, Kapten Upah Tendi Sebayang, Kapten Sukaraja Munthe.
Fakta ini menjadikan kota Kabanjahe menjadi salah satu kota di Indonesia yang paling banyak menggunakan nama pahlawan lokalnya sebagai nama jalan.
Salah satunya, adalah jalan Letjen. Djamin Gintings, yang membentang tanpa putus setidaknya sepanjang 76 km dari pusat kota Kabanjahe hingga kota Medan, Sumatera Utara. Jalan ini barangkali termasuk salah satu jalan nasional non-tol yang terpanjang di Indonesia.
Meskipun demikian, sampai kini baru dua orang putera Karo yang resmi dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional Indonesia. Yang pertama adalah Kiras Bangun atau dikenal juga sebagai Garamata (1852 - 22 Oktober 1942). Ia dimakamkan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung. Kepadanya dianugerahkan gelar pahlawan nasional Indonesia oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2005.
Kisah "Sate Kuburan"
Namun, kali ini kita akan bertemu dengan sosok pahlawan kuliner yang juga sudah cukup sepuh di kota Kabanjahe. Menarik, bahwa kuliner yang dimaksud adalah sate Padang yang berasal dari ranah Minangkabau.