Penampilan mentereng, pengalamannya segudang. Ia malang melintang, di sana sini memberi komentar. Ketenarannya taklagi diragukan.
Lonceng berdentang, memicu laju pengatur waktu. Sejurus berlalu, lesakan kata-kata segera terlontar ke sana kemari. Beruntun, kerap kali bertrubukan.
Kekeh penonton toh tak kedengaran. Sebagian lagi sudah takpeduli, perhatian pecah di antara kebisingan. Ada pula yang geram. Layar kaca nyaris jadi sasaran amukan.
Satu di antara beberapa, menganggap pengamat sebagai satu-satunya pekerjaan yang tidak nyata. Apa pula perkara?
Mereka selalu berbicara hal yang seharusnya, padahal tak begitu nyatanya. Harus begini, harus begitu.
Mungkin memang begitulah cara kerjanya. Seandainya bisa berganti peran, mereka di sini dan kita di sana, alangkah baiknya semuanya.
Kalau saja dia bisa, membuat kenyataan seperti seharusnya. Aku merasa pasti rela menjadi pengamat yang tak perlu banyak bicara. Coba kalau bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H