Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Lady Improper", Pelajaran Penting tentang "Globesitas" Pikiran yang Membunuh Perasaan

15 Januari 2021   12:58 Diperbarui: 17 Januari 2021   17:30 6969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya hampir segala hal kini hanya sekilas saja dilirik orang, tanpa terlalu peduli apa yang ada dan terjadi di dalamnya.

Dilema sosial kedua. Selain segala hal dalam kilasan yang berlalu terburu-buru itu, pedagang pun sekarang tampaknya memang sudah semakin menggeser pasarnya ke dunia dalam genggaman. Mereka yang berdagang "merasa" sangat terdukung oleh perdagangan yang terjadi di media sosial.

Kita dengan pengetahuan kita, memang menciptakan ironi dan paradoks untuk diri kita sendiri, selain tentu saja oleh mereka di luar diri kita yang mungkin juga tampak lebih berkuasa atas diri kita sendiri. Kita saling berpacu untuk mengejar apa yang justru kita takutkan sendiri, dengan pikiran kita yang kegemukan, tapi juga semakin ekonomis dalam perasaan.

Sejak standar budaya semakin tampak menjadi sebuah ukuran tunggal dalam sebuah desa global, menurut istilah Marshall McLuhan, melalui makanan-makanan cepat saji yang diciptakan oleh insdustri, maka dalam banyak hal saat ini, hidup terlihat seolah adalah untuk makan. 

Paralel dengan penjelasan ini, kita memberi beban pikiran cepat saji sebagai asupan makanan kepada otak dalam tempurung kepala kita yang memiliki dimensi batas-batas.

Sebuah fakta perubahan cepat yang terjadi secara mengesankan pada masa kini dan belum pernah terbayangkan pada abad-abad sebelumnya menurut Marshall adalah "berhentinya waktu" dan "hilangnya jarak." Waktu dan jarak menciut berkat teknologi informasi.

Dalam budaya kontemporer dengan waktu dan ruang yang menciut, budaya global rentan menggerus nilai-nilai lokal yang tradisionil, yang berhubungan dengan adat istiadat dan budaya. Bagi sebagiannya, tradisi, adat, dan budaya telah dianggap sebagai hal yang terlalu mempersulit, rumit, kolot dan ketinggalan zaman.

Padahal tradisi, adat, dan budaya nenek moyang manusia telah terbukti berhasil menjembatani waktu dan jarak, serta mengantarkan nenek moyang manusia selamat melintasi zaman. Mulai dari zaman batu sampai manusia berhasil menjejak bulan.

Kegemukan, tidak saja dalam artian fisik, tapi juga pikiran, adalah musuh dari kecepatan. Namun, jangan-jangan konsep kecepatan kini pun sudah melampaui pemahaman dalam waktu dan jarak yang menciut. Manusia memiliki keingintahuan yang tidak terbatas dalam pemahamannya yang terbatas.

Pesan Penting sebagai Renungan

Pesan penting lain sebagai refleksi dari kenyataan dilema sosial masa kini, termasuk dari cerminan globesitas pikiran yang mengalahkan perasaan dalam film "The Lady Improper" ini adalah bahwa perlu bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan, mengutamakan keselamatan, dan berserah kepada Tuhan.

Di masa pandemi seperti ini, bisa tampak melalui langkah nyata, dengan memakai masker, menghindari kerumumann, waspada bila harus bepergian, rajin mencuci tangan, dan arif dalam memilah hal-hal yang perlu dipikirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun