Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Nilai Karo Melalui Lagu (3 Jam Bersama H.K. Purba dan Antha Pryma Ginting)

6 Januari 2021   15:27 Diperbarui: 7 Januari 2021   09:03 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Notasi musik untuk rengget Karo (cengkok Karo) tidak mudah dituliskan. Cengkok lagu Karo harus dihidupkan oleh penyanyinya sendiri. (Sugeng Pratikno - Purba, 1990)

Ungkapan perasaan tentang lagu Karo itu adalah komentar dari seorang pengajar di jurusan musik Institut Kesenian Jakarta. Sugeng Pratikno adalah seorang suku Jawa yang belajar musik tradisi Karo dan membuat musik bernuansa Karo dalam drama musikal "Baptisan Pertama", disutradarai oleh Herri Ketaren Purba (1990) dan Prima Tarigan sebagai produser, dengan pemeran Ramona Purba, Tiofanta Pinem, Arthur Tobing, Joseph Ginting dan puluhan pendukung lainnya. Semangat kaum muda.

Pementasan drama musikal ini disaksikan ribuan penonton di lapangan terbuka Gelora Kasih Sukamakmur, Sibolangit, Sumatera Utara, dalam rangka perayaan Jubileum 100 tahun Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).

Hal ini terungkap saat saya mengikuti pertemuan secara virtual melalui Zoom bersama dengan dua orang Karo yang sangat inspiratif. Dia adalah Herri Ketaren Purba dan Antha Pryma Ginting.

Herri Ketaren Purba yang dalam sistem kekerabatan Karo saya panggil dengan sebutan "mama", sejak tahun 1990-an sudah saya kenal namanya sebagai seorang sutradara lulusan sinematografi Institut Kesenian Jakarta. Ia menggarap berbagai film, khususnya film untuk televisi, menghiasi layar Televisi Republik Indonesia (TVRI). Satu-satunya stasiun televisi yang dapat diterima oleh pesawat televisi di kampung kami, Desa Serdang, Kecamatan Barusjahe, Tanah Karo saat itu.

Pada tahun 1980  ketika dia masih kuliah semester 4, ia membuat sebuah film dalam bahasa Karo berjudul "Penggejapen". Film ini diputarkan ke desa-desa di Tanah Karo, kurang lebih 5 tahun. Sayangnya salinan film ini sudah tidak ada lagi.

Sementara itu Antha Pryma Ginting yang saya panggil "impal", adalah seorang artis, seniman muda, dan penyanyi Karo yang sudah terkenal, khususnya di kalangan masyarakat Karo. Saya paling menikmati saat dia menyanyikan lagu Karo yang berjudul "Erkata Pet-pet" dan "Tenah Lau Binge".


Bukan saja karena suara emasnya yang memang khas, tapi kedua lagu ini adalah contoh lagu Karo yang berasal dari zaman yang sudah tua, diciptakan oleh seorang komponis nasional kebanggan Tanah Karo, mendiang Djaga Depari. Salah satu lagu ini, "Tenah Lau Binge" pernah saya ulas dalam tulisan di Kompasiana ini.

Tulisan ini bukan membahas tentang kedua orang hebat dan inspiratif ini, tapi kami bertemu untuk berbincang sebagaimana layaknya orang mengobrol di kedai kopi di Tanah Karo. Namun, karena ini masa pandemi maka pindahlah kedai kopi itu ke layar monitor laptop.

Kami mengulas berbabagi hal terkait lagu-lagu Karo yang inspiratif, terutama hasil karya Djaga Depari, termasuk juga lagu-lagu Karo tempo dulu yang diciptakan oleh sosok-sosok yang hampir tidak lagi dikenali sejarahnya. Lagu-lagu dengan pencipta tanpa nama, alias anonymous atau tertulis NN. Salah satunya lagu "Terdaram-daram" yang diciptakan oleh "Bulang" saya (kakek, dalam bahasa Indonesia), mendiang Sayang Ginting ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun