Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Nilai Karo Melalui Lagu (3 Jam Bersama H.K. Purba dan Antha Pryma Ginting)

6 Januari 2021   15:27 Diperbarui: 7 Januari 2021   09:03 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangyar Zoom Meeting tentang Lagu Karo/ 05/01/2021 (Dokpri)

Dari mama H.K. Purba saya mendapatkan tafsir yang lain atas lagu "Simulih Karaben" itu. Katanya, pada masanya saat lagu itu diciptakan, Djaga Depari pulang paling akhir dari pengungsian pada masa perjuangan kemerdekaan. Saat itu ia merasakan seperti tidak ada tempat lagi untuk kembali pulang.

Sementara itu menurut ibu Norma Ginting, salah seorang perkolong-kolong (biduanita Karo), sebagaimana penuturan mama H.K. Purba, lagu "Simulih Karaben" itu bisa ditafsirkan mengambarkan kehidupan senjakala bagi orang-orang lanjut usia. Orang lanjut usia yang bersiap karena merasa tak lama lagi akan meninggalkan kehidupan.

Ibu Norma Ginting ini, kemana saja diminta erkolong-kolong (menjadi bidunita untuk mengisi berbagai acara), pasti akan selalu menyanyikan beberapa lagu Djaga Depari kesayangannya, diminta atau tidak diminta oleh si empu acara. Lagu-lagu ciptaan Djaga Depari itu di antaranya, selain "Simulih Karaben", ada juga "Sora Mido", "Padang Sambo", "Piso Surit", dan "Io Io Lau Beringen".

Antha Pryma Ginting dan Sebuah Tanya

Setiap karya, termasuk sebuah lagu, hanya Tuhan dan penciptanya yang mengetahui apa makna sebenarnya dari lirik lagunya, dan untuk apa itu ditujukan. Selebihnya, biarkan penikmat yang bebas menafsirkannya. (Antha Pryma Ginting)

Antha memberikan sebuah kesaksian bahwa ketika ia merasakan bahwa lagu-lagu lama, dalam hal ini lagu-lagu Karo, tidak terlalu digemari lagi, ia membuat sebuah proyek perekaman kembali lagu Djaga Depari berjudul "Erkata Pet-pet" dengan lirik dan melodi yang sederhana. Maksudnya melakukan hal ini agar lagu ini bisa lebih diterima kembali dan dinikmati oleh masyarakat secara luas.

Menurutnya lirik lagu itu termasuk simpel, tidak sulit dipahami. Menurut saya pribadi, terobosan pada lagu ini cukup berhasil untuk menarik kembali minat penikmat lagu-lagu Karo ke arah lagu-lagu klasik Karo.

Djaga Depari menurut Antha sangat berpengaruh dalam mewarnai karyanya. Setidaknya, dari lagu-lagu Djaga Depari ia bisa berkaca dan "lanai pang mekarus erbahan lirik". Artinya, tidak tega membuat lirik-lirik lagu ciptaannya secara serampangan, sembarangan, dan sekadarnya saja.

Dalam proyek perekaman ulang lagu "Erkata Pet-pet", ia bercerita bahwa pada awalnya ia tidak pernah mendengar lagu ini. Adalah ibu Sri Ulina br Ginting, istri mendiang Langsat Tarigan, salah seorang perkolong-kolong kondang (biduan Karo) pada masanya, mengundang para seniman Karo untuk mengisi acara syukuran, karena makam mendiang suaminya itu telah selesai dipugar.

Pada acara ini, para seniman Karo diminta menyanyikan lagu-lagu mendiang Langsat Tarigan, dan lagu-lagu alm. Djaga Depari yang dipopulerkan oleh mendiang Langsat Tarigan. Adalah lagu "Erkata Pet-pet" yang diaransemen oleh Antha Pryma Ginting untuk dinyanyikan Averiana br Barus pada kesempatan itu.

Selanjutnya lagu "Erkata Pet-pet" ini direkam ulang dan dinyanyikan oleh Averiana br Barus dengan iringan musik yang diaransemen oleh Berlin Tambunan. Lagu "Erkata Pet-pet" versi yang ini dipakai sebagai salah satu sound track pada film kisah romantika Karo era 70-an berjudul "Jandi La Surung."


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun