Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menggali Makna Filosofi "Benang Sitelu Rupa" dalam Budaya Karo

19 Oktober 2020   14:50 Diperbarui: 20 Oktober 2020   01:21 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah penari menampilkan tarian tradisional Karo saat berlangsung Pesta Budaya Mejuah-Juah, di Brastagi, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Kamis (26/10/2017). Pesta Budaya Karo yang diikuti ribuan masyarakat tersebut menampilkan tarian dan kesenian budaya suku Karo.(ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA)

Menarik mempelajari ciri khas budaya pada suatu etnis, sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas adat, yang diwariskan turun temurun. 

Budaya terdiri dari banyak unsur yang rumit, termasuk di dalamnya adalah sistem kepercayaan, politik, pemerintahan, bahasa, adat istiadat, bangunan, alat, pakaian, karya seni, dan sebagainya.

Kali ini, sebagai generasi muda suku Karo, saya tertarik mengulas sisi filosofi budaya Karo dalam hal berpakaian. Dalam hal ini adalah benang, sebagai bahan dasar membuat pakaian, termasuk pakaian adat. 

Saya bukan pakar dalam budaya dan adat istiadat. Hanya generasi muda yang penuh rasa ingin tahu dan berkeinginan mendokumentasikan bagian-bagian budaya Karo, melalui tulisan sederhana.

Dalam ulasan kali ini, saya mencoba menelusuri soal "Benang Sitelu Rupa", berdasarkan penuturan dari para orang tua, dengan sumber penjelasan yang masih minim, setidaknya untuk saya pribadi. Oleh sebab itu, artikel ini terbuka untuk mendapatkan masukan dari sumber-sumber yang mengetahui secara pasti, dalam rangka melengkapi dokumentasi sederhana ini.

"Benang si telu rupa" dalam bahasa Karo, bila diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia bisa disebut sebagai  "Benang tiga warna". Bila pada puak Batak secara umum, warna yang mendominasi warna benang pada pakaian adatnya adalah Merah, Putih, dan Hitam.

Menjadi lebih menarik, saat membandingkan kombinasi warna pakaian ini dengan warna khas pakaian adat pada suku lain. Misalnya pada suku Jawa dan Bali.

Dari hasil diskusi ringan melalui media sosial bersama seorang rekan Kompasianer, dari etnis Jawa, dia menjelaskan sebuah tradisi pada suku Jawa. Apabila bayi menginjak usia 7 bulan, biasanya akan diberikan kalung yang juga 3 warna, gelang, dan ikat pinggang.

Benang Sitelu Rupa adalah warna dasar dalam kehidupan sehari-hari suku Karo. Kombinasi warna ini dijadikan sebagai suatu simbol, yang disebut juga sebagai "benang benalu". 

Pada umumna, benang-benang dengan warna tertentu ini, digunakan sesuai dengan karakter upacara pada adat tradisi suku Karo.

Sepasang pengantin Karo, dalam balutan pakaian adat suku Karo (Dokumentasi pribadi)
Sepasang pengantin Karo, dalam balutan pakaian adat suku Karo (Dokumentasi pribadi)
1. Merah (Megara)
Warna merah pada suku Karo melambangkan matahari. Itu adalah simbol panas, hangat, gairah, darah, kekuatan, daya dan sebagainya dalam pengertian yang sejenis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun