Memasak di dapur sudah umum dilakukan terutama oleh kaum ibu. Bukan tidak ada kaum bapa yang memasak di dapur, tapi kebanyakan tahunya makan.
Sementara itu, bagi kaum ibu yang umumnya paling sering memasak di dapurpun, tahunya ya memasak. Soal perawatan kompor yang digunakan untuk memasak sering kali tidak terlalu dipusingkan.
Atas gambaran itu, maka tidak heran bila kita mendapatkan kenyataan kompor di dapur, baik dapur keluarga maupun dapur rumah makan, tampak tidak terawat dengan tampilan setengah gosong.
Itu adalah cara yang sopan untuk tidak mengatakannya gosong terbakar sepenuhnya, dengan kerak-kerak menempel di sana sini yang membuatnya tampak sangat kumal.
Namun, bukan tampilan yang kumal itu persoalan utamanya. Hari ini saya kedatangan dua orang tamu istimewa, Dapi dan Habibie, petugas safety and guarantee, dari sebuah perusahaan yang menjual regulator dengan pengaman otomatis dan selang gas dengan pengaman otomatis, serta jasa layanan perawatannya.
Awalnya, sebagaimana umumnya bila kedatangan orang yang akan melakukan prospek bisnis atau menawarkan produk atau jasa mereka, kita akan merasa sedikit terganggu karena memang tidak membuat janji sebelumnya, sementara kita sudah memiliki agenda lain.
Namun, karena hari ini saya mendapatkan jadwal untuk bekerja dari rumah, saya merasa tidak ada salahnya untuk mendengarkan penawaran jasa dan produk mereka.
Lagipula, namanya sebuah produk, apa pun itu, tidak ada salahnya untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka perawatan.
Bagaimanapun, istilah safety first, mengutamakan keselamatan, sudah sepatutnya juga menjadi semboyang ibu-ibu dan bapak-bapak yang sering memasak di dapur.
Terkait dengan aspek keselamatan dalam memasak di dapur, saya mendapatkan sebuah gambaran yang masuk akal dari Dapi.
Secara umum masyarakat Indonesia saat ini memasak menggunakan kompor gas elpiji. Sebuah penyesuaian lafal dalam Bahasa Indonesia untuk menyebut LPG, yang merupakan singkatan dari Liquified Petroleum Gas, gas minyak bumi yang dicairkan.