Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mencari Penyesuaian Makna dengan Membuat Sapu Lidi Sendiri

8 Juni 2020   18:59 Diperbarui: 8 Juni 2020   18:50 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tali dari sisa janur dan tusuk sate dari lidi (Dokpri)

Sapu lidi sering kali dipakai sebagai contoh kiasan untuk memaknai persatuan, dalam pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) atau Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) bagi murid-murid sekolah dasar sejak dulu. 

Kata bapak/ibu guru, batang-batang lidi yang diikat dalam satu ikatan adalah gambaran yang menjelaskan kebenaran dalam ungkapan bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Namun, kini dalam salah satu langkah pencegahan penyebaran covid-19 yang paling baik yakni dengan membatasi pertemuan dengan orang-orang dalam jumlah besar, kiasan yang relevan dengan kenyataan itu menjadi sebaliknya. Bercerai kita teguh, bersatu kita runtuh, bila dimaknai bahwa memisahkan diri dari kerumunan lebih baik dari pada ngumpul-ngumpul.

Namun, baik dulu atau kini, masih ada sebuah nilai yang tetap relevan dan aktual untuk dimaknai dari sapu lidi. Dulu atau kini, sapu lidi adalah gambaran dari sebuah kesederhanaan.

Mencoba memaknainya, hari ini saya mencoba membuat sapu lidi sendiri. Memakai bahan dari helai-helai tangkai janur pohon aren yang diambil dari hutan untuk keperluan sebuah acara pada dua minggu yang lalu.

Helai daun janur pohon aren yang dibersihkan dari tangkai (Dokpri)
Helai daun janur pohon aren yang dibersihkan dari tangkai (Dokpri)
Membuat sapu lidi (Dokpri)
Membuat sapu lidi (Dokpri)
Janur dari pohon aren di tempat kami, Tanah Karo, yang disebut lambe, dipakai sebagai hiasan gapura, gerbang atau pintu dalam acara-acara suka cita. Pesta adat pernikahan di balai adat, gapura hias pada gang-gang dalam rangka menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, hiasan di balai desa pada pesta tahunan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen, acara penyambutan tamu-tamu kehormatan yang berkunjung ke desa, dan memasuki rumah baru, adalah beberapa contoh di antaranya.

Foto ilustrasi janur atau lambe di gapura HUT RI (Dokpri)
Foto ilustrasi janur atau lambe di gapura HUT RI (Dokpri)
Selain dari tangkai daun pohon aren, umumnya sapu lidi juga dibuat dari tangkai daun pohon kelapa. Karena biasanya sapu lidi harganya murah dan mudah didapatkan di pasar tradisional, maka sisa tangkai dari helai-helai janur pohon aren yang dipakai menjadi hiasan acara biasanya hanya dibuang begitu saja.

Di pasar harga sapu lidi bervariasi, tergantung ukuran dan bentuknya. Ada yang besar, kecil, bertangkai dan tidak bertangkai. Biasanya harganya mulai dari Rp. 1.000 hingga Rp. 5.000 per buahnya.

Sapu lidi yang murah mengindikasikan bahwa tidak sulit untuk mendapatkan bahannya, dan juga tidak sulit untuk membuatnya. Di sanalah salah satu letak kesederhanaanya.

Sesuatu yang murah dan mudah dibuat karena sederhana bukan berarti tidak diperlukan. Tidak penting bukan berarti tidak perlu.

Bila permintaan akan sapu lidi mungkin tidak besar, selain karena alat kebersihan sederhana yang satu ini tidak mudah rusak, barangkali itu juga adalah indikasi bahwa benda yang satu ini tidak terlalu sering digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun