Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Kak Tangko Bunga", Dokumentasi Dongeng Tuntutan Kreativitas Ketika di Rumah Saja

9 Mei 2020   18:15 Diperbarui: 9 Mei 2020   19:19 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu kata sumpit : "Jangan belah aku, aku akan melesakkan anak sumpitku ke arah burung Gagak itu".

Burung Gagak itupun takut mendengar sumpit akan melesakkan anak sumpit ke arahnya, katanya : "Jangan lesakkan anak sumpit ke arahku, aku akan mengembalikan kapas itu", sembari memuntahkan kapas yang telah dicurinya.

Beberapa pengajaran moral yang terdapat dalam cerita ini adalah, bahwa sekalipun disangkal, perbuatan jahat yang ditutupi akan tetap terbongkar cepat atau lambat. Pencarian akan kebenaran sendiri bukanlah sebuah perkara yang mudah, tidak semua pihak yang memiliki kemampuan akan segera mau bertindak membantu.

Itupun adalah sebuah kenyataan, bahwa perjuangan senantiasa perlu dibarengi dengan pengetahuan dan ketekunan, hingga berbuah sesuai harapan. Cerita tentang Kak Tangko Bunga, adalah sebuah bentuk cerita rakyat yang membutuhkan kecerdasan dalam menemukan kekuatan dan kelemahan berbagai hal dalam hidup. Itu hanya akan dapat ditemukan bila pencarian dibarengi dengan kecermatan, konsisten dan persisten.

Persis seperti seorang anak yang mendengarkan cerita ini, bila tidak mengikuti alurnya, alur campuran dalam maju dan mundur cerita dari awal hingga ke akhir dan kembali lagi ke awal, hanya bisa diikuti bila ia memang menaruh minat pada sesuatu yang butuh kecermatan dan sistematis. Bila tidak, maka ia mungkin akan meminta ayah, ibu, kakek atau neneknya untuk mengulang kembali bagian cerita yang terluput.

Itupun adalah suatu bentuk tantangan bagi ayah, ibu, kakek atau nenek yang menceritakannya. Karena bukan tidak sering, sesuatu yang sistematis bila sering mendapatkan gangguan akan mendatangkan serangan rasa kantuk lebih awal. Maka sebagai cerita pengantar tidur, ini tidak ubahnya dengan metode menghitung domba atau kuda yang seolah tampak melompat-lompat dalam samar di atas kelopak mata di antara anak dan orang tua yang akan segera beranjak tidur di Eropa.

Mendokumentasi "Burung Gagak Pencuri Kapas" dalam "Kak Tangko Bunga" yang telah menjadi cerita pengantar tidur anak-anak dalam belaian suara generasi ke generasi dari masa lampau itu, adalah semacam ekskavasi atau penggalian reruntuhan peninggalan arkeologis kesusasteraan. Itu adalah bagian warisan kekayaan seni budaya suku bangsa kita, yang begitu beragam, bermanfaat menyatukan keluarga, sambil mengenalkan akar nilai-nilai budaya dan identitas asli kita.

Sebagaimana para pakar memprediksi bahwa bahkan setelah pandemi ini berakhir, keruntuhan sistem sosial dan nilai-nilai normal dalam kemapanan pandangan kita selama sebelum adanya pandemi ini, Corona Virus Disease-19 (Covid-19) dan dampak hebat yang ditimbulkannya akan tetap hangat mengisi ruang-ruang percakapan masyarakat dunia hingga satu atau dua dasawarsa setelahnya.

Sebagaimana virus ini tidak tampak secara kasat mata sebagai lawan yang bisa diperangi, demikian juga cerita rakyat tumbuh dalam penuturan dari mulut ke mulut, tanpa tahu siapa pengarangnya, dan yang pertama mencetuskannya. Ini pun sebagai bagian dari bentuk disclaimer, bila ditemukan versi narasi dan penafsiran yang berbeda atas cerita yang sama, sebagaimana sering dijumpai dalam umumnya cerita rakyat.

Namun, ia hidup lama dan diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Bila hari ini tidak diingat lagi, entah bagaimana caranya besok atau lusa ia timbul lagi, menjadi cerita yang konon katanya, tapi selalu ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun