Tertatih Dia berjalan sendiri
Menyusuri jalan menuju Golgota
Memikul segala dusta, nista dan segala nestapa
Ada hujatan, makian, tatap nanar manusia-manusia kejam
Ada yang meludah, mencibir, Dia tampak seperti sosok yang menjijikkan
Tidak ada belas kasihan
Hanya tersisa sedikit tangis, dari sosok-sosok keibuan
Bukan, bukan Aku yang harus kau tangisi, ibu
Tangisilah dirimu sendiri
Darah bercampur peluh membasuh luka
Luka bekas cambukan, dari kepala bermahkota duri
Itu belum seberapa, tak sebanding dengan hati yang hancur
Perasaan Dia seorang yang nyata-nyata ditinggalkan tanpa pembelaan
Tajamnya paku menusuk
Dahaga dari terik menyengat
Derita mendera, Anak Manusia telah diabaikan
Merana, meraung, meradang dalam kesendirian
Harusnya aku, kau dan dia
Bukan Dia, yang tak bersuara membela diri
Aku, kau dan dia, sebenar-benarnya yang menjijikkan
Yang sepatutnya dihujat, dimaki, diludahi
Mengapakah Engkau meninggalkan Aku?
Dia yang tergantung lunglai berujar lirih
Ia bahkan mohon ampunan, untukku, untukmu dan untuk dia
Aku, kau dan dia yang membunuhNya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H