Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Rambut di Rumah Pangkas

14 Maret 2020   11:57 Diperbarui: 14 Maret 2020   12:00 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pangkas tumbuh lagi, pangkas tumbuh lagi. Begitulah rambut. Bila bukan karena penyakit kebotakan degeneratif, rambut manusia yang dipangkas selalu tumbuh lagi walaupun dipangkas, sadar atau tanpa disadari.

Begitupun masalah dan rezeki dalam hidup. Masalah yang mampu diselesaikan atau rezeki yang di dapat, selalu datang dan pergi silih berganti. Tidak ada masalah yang selesai untuk sekali atau pintu rezeki yang tetutup untuk selamanya.

Berpikir bahwa selesai mengatasi suatu masalah maka ia tak akan datang lagi, atau kehilangan untuk selamanya bagi rezeki yang dibagi, adalah cara berpikir yang kurang sesuai dalam hidup yang penuh dengan kemungkinan dan ketidakpastian.

Karena itu, baik saat mendapat masalah tidak udah terlalu disesali, atau saat mendapat rezeki terlalu tinggi hati. Selalu dan selamanya, hidup tidak mungkin tidak terkait dengan dunia luar.

Bila hari ini ada orang ditimpa suatu masalah, bukan tidak mungkin itu akan menjadi masalah kita juga. Atau bila hari ini kita mendapatkan rezeki, bukan tidak mungkin ada bagian rezeki orang lain di dalamnya.

Kita mungkin merasa tidak terlalu penting memperhatikan segala hal di luar diri kita, atau orang lain yang kita tidak mengenalnya. Namun, tidak ada salahnya merasa terstimulasi dengan dunia luar atau orang lain. Tertarik pada suatu masalah tersebut tidak melulu hanya ada ruginya. Mengutip Richard Templar, antropolog itu, katanya "Memerhatikan dunia luar itu untuk kebaikan sendiri, bukan siapa-siapa".

Begitulah rambut, ia hilang tanpa disadari sebelum sempat memberinya nama. Ketika ditemukan kembali, tak disadari kita pernah mengenalnya.
Rambut, sebagaimana masalah dan rezeki, seperti air yang mengalir sepanjang aliran sungai di antara dalamnya ngarai. Pada saatnya nanti, ia akan bermuara di luasnya samudra bebas. Catatan penutup, bahwa apa yang bisa diingat lebih mudah dilupakan daripada apa yang dapat dilihat. Selamat siang, selamat menghadapi masalah dan menyambut rezeki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun