Suatu hari bercakap-cakaplah seorang Bapa dengan anaknya:
Apakah engkau mengasihiku?
Ya, aku mengasihiMu
Apakah engkau mengasihiku?
Ya, aku mengasihiMu, tapi mengapa?
Haruskah Engkau bertanya hingga aku bersedih?
Apakah kau bersedia mengorbankan hidup untuk kasihmu?
Seperti Aku bersedia mengasihimu sekalipun harus menyerahkan hidupKu?
Si anak bersedih, karena menyadari belum melakukan apa-apa untuk membuktikan kasihnya. Tapi begitulah Bapa yang baik, selalu merancangkan kebaikan untuk anakNya.
Bukan, bukan keberanian berkorban nyawa yang Aku minta, melainkan keberanian menjalani hidup. Menjalani hidup yang bermakna, berguna bagi sesama.
Tapi, siapakah sesamaku manusia?
Sesamamu manusia adalah dia, mereka, siapa saja yang patut dikasihi demi kemanusiaan. Siapa pun yang kepadanya juga Rahmat disampaikan tanpa membedakan.
Demikianlah suatu ketika Bapa berkata :