Justru di sanalah pentingnya kesadaran. Kesadaran untuk membebaskan diri dari tekanan pengaruh buruk alam bawah sadar yang berasal dari trauma ataupun histeria masa lalu.
Sederhananya, setiap orang perlu dengan sadar menerima dirinya sendiri apa adanya, bahwa tidak mungkin menunggu untuk menjadi sempurna demi hadirnya sebuah komitmen untuk bisa bekerja keras.
Bila menjadi miskin dan bodoh adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan, maka justru orang yang bekerja keras adalah orang yang sadar bahwa dia bukan orang kaya dan bukan pula orang pintar, karena itu perlu bekerja keras.
Orang dengan kesadaran seperti itu bila bukan orang pintar, karena tahu apa yang dia tahu, setidaknya adalah golongan orang yang mau belajar, karena tahu apa yang dia tidak tahu.
Ini adalah golongan orang yang menerima dengan kesadaran bahwa kekurangan, kelemahan dan masa lalu yang kelam adalah beberapa hal yang tidak lepas dari kemanusiawian.
Adakah manusia lain yang tidak? Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa penerimaan adalah awal dari sebuah pemulihan.
Orang-orang yang bekerja keras adalah orang-orang yang menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang berguna, pertama-tama terutama bagi dirinya, dan juga bagi orang lain.Â
Yang sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna sebenarnya tidak cocok dikatakan sibuk, barangkali lebih tepat dibilang kurang kerjaan.
Dengan demikian, bila sibuk dimaknai sebagai sebuah kata sifat yang menjelaskan suatu kondisi di mana seseorang dengan sadar bekerja keras melakukan berbagai kegiatan atau pekerjaan yang berguna, baik bagi dirinya maupun orang lain, maka menjadi jelas alasannya mengapa kita justru sering meminta bantuan kepada orang yang sibuk.Â
Karena komitmen dan pengorbanan justru dimiliki oleh orang yang sibuk, maka besar kemungkinan orang yang sibuk jugalah yang paling dapat dipercaya untuk memberikan pertolongan.
Sebenarnya orang sibuklah yang mampu mengelola waktu yang dimilikinya dengan baik. Bagi yang tidak punya kesibukan barangkali waktu yang terbatas pun akan terbuang sia-sia.Â