Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Satu Jam bersama "Abdi Dalem", Aparatur yang Tidak Pernah Pensiun

29 September 2019   16:59 Diperbarui: 30 September 2019   09:34 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin, nama yang diberikan Sultan untuk pak Suhardi ini, bisa diartikan secara bebas, Camat yang diharapkan menjadi pagar kemenangan. Bukan main, besarnya kehormatan dan kepercayaan yang diembankan oleh Sultan di pundak pak Suhardi sebagai abdi dalem.

Namun, saat kami bertemu itu, Pak Suhardi yang sudah kelihatan uzur hanya bisa duduk di atas kursi roda. Ia menyapa ramah setiap pengunjung yang kebetulan lewat di depannya, apabila di antara mereka ada yang hendak mengarah ke ruangan yang memajang sebuah kereta tua yang bernama Kereta Kanjeng Nyai Jimad.

Ada fakta lain yang tidak kalah hebat, selain kenyataan bahwa Sultan HB IX adalah seorang PNS pertama di Indonesia. Dari Pak Suhardi saya mendapatkan penjelasan dan gambaran tentang fakta kehidupan para abdi dalem, yang mungkin tidak sepenuhnya patuh kepada hukum-hukum perubahan zaman.

Mereka, para abdi dalem itu, seperti bagian dongeng masa lalu, tapi masih tetap eksis dan hidup mengabdi hingga masa kini. Mungkin bisa dibilang, masa kini adalah masa dengan segala hal yang canggih dan modern, tapi juga pongah dan tidak ramah. Namun, tidak demikian dengan para abdi dalem.

Sejak pertama kali diangkat hingga saat ini, Pak Suhardi dalam pengabdiannya telah mendapatkan 4 (empat) kali kenaikan gaji. Kenaikan pertama, adalah setelah 10 tahun mengabdi yakni pada tahun 1988, ia digaji Rp. 13.500/ bulan.

Kenaikan kedua, setelah 20 tahun menjadi Rp. 17.000/bulan. Kenaikan ketiga, setelah 30 tahun menjadi Rp. 22.000/bulan. Kenaikan keempat dan itu yang masih berlaku hingga sekarang, setelah 40 tahun ia mengabdi ia sekarang digaji Rp. 27.500/bulan.

Bersama salah seorang Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta (dokpri)
Bersama salah seorang Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta (dokpri)
Kata Pak Suhardi, ia bertugas sebagai abdi yang mengurusi museum kereta yang dibuat oleh Keraton sejak Tahun 1985. Tepat pada tahun di mana sultan menganugerahinya nama Mas Wedono Joyo Runtiko.

Kata Mas Suhardi, keraton Yogya didirikan pada tahun 1756. Kalau untuk kereta kencana, menurut pengetahuannya, yang paling tua saat ini ada di Belanda, itu adalah sebuah kereta yang dibuat sekitar tahun 1740 hingga 1750. 

Maka, bersama-sama dengan Belanda dan Inggris, Yogyakarta saat ini tercatat sebagai negara/ kota yang masih memiliki koleksi kereta-kereta kencana kuno yang gagah, cantik, antik dan artistik. Sebagaimana kereta Garuda Yaksa yang menurut Pak Suhardi adalah kereta yang dibuat pada tahun 1861, dan masih terawat sampai sekarang. Kereta ini, harus ditarik oleh kuda putih, dan hanya dipakai untuk penobatan Sultan.

Dia masih mengingat dengan baik, bahwa kereta itulah yang dipakai saat pelantikan Sultan HB X pada 7 Maret 1989, sekitar jam 10 pagi katanya.

Bukan soal presisi kebenaran semua pernyataan yang dia ucapkan dan aku catat, tapi tutur kata dalam jawaban-jawabannya yang mengalir lancar terkait segala hal yang saya tanyakan atas hal-hal yang dia kerjakan sebagai abdi dalem, memberiku kesimpulan bahwa ia sangat menghayati dan menghormati pekerjaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun