Merujuk pada kenyataan bahwa marathon secara historis  berasal dari kisah prajurit Yunani yang berlari tanpa berhenti dari Marathon ke Athena untuk membawa pesan tentang kemenangan Yunani atas Persia dalam pertempuran di Marathon, maka sebetulnya itu adalah sebuah epos perjuangan yang tidak mudah. Terlebih lagi, prajurit Yunani itu, yang bernama Pheidippides akhirnya meninggal begitu berhasil menyampaikan pesannya tersebut. Ia berlari menempuh jarak sejauh 42,195 km.
Pada masa kini, marathon telah menjadi olahraga yang cukup digemari oleh masyarakat, termasuk di Indonesia. Selain murah dan meriah, olahraga ini juga adalah cabang olah raga prestasi yang memiliki prestise tersendiri.
Selain itu, ada satu nilai yang cukup bermakna dalam lari marathon yang bernilai filosofis, sehingga oleh karenanya menjadi inspirasi sebuah ungkapan terkait hubungan. Ada kata bijak yang mengatakan, "Bila engkau ingin berlari cepat, berlarilah sendiri. Tetapi bila engkau ingin berlari jauh, berlarilah bersama."
Merenungi itu, menjadi menarik untuk menghubungkan event Mandiri Jogja Marathon dengan hubungannya terkait kebersamaan. Pagelaran event tersebut yang pada tahun ini merupakan pagelaran yang ketiga kalinya, diikuti sekitar 7.500 pelari dari sembilan negara, yang terbagi dalam kategori full Marathon, Half Marathon, 10K, dan 5K. Rute yang dilalui juga melintasi tempat-tempat bersejarah dengan pemandangan eksotis dalam balutan suasana tradisionil, hingga beberapa di antaranya telah terkenal sebagai destinasi wisata yang bernilai, baik dari aspek spiritual, kultural, historikal.
Rekor dunia lari marathon yang tercetak dalam rentang antara tahun 2003 hingga 2013 tercatat dipegang oleh atlet atletik dari Kenya sebanyak 10 kali, dan atlet dari Ethiopia sebanyak 5 kali. Menjadi menarik untuk menghubungkan kenyataan antara ras negroid yang dominan di bidang ini dengan stigma dunia asal mereka yang lekat dengan berbagai hal yang dianggap tertinggal.
Seperti halnya legenda Pheidippides yang berlari tanpa henti untuk menyampaikan pesan kemenangan, sekalipun dalam rundungan kepedihan peperangan, tapi ia mampu berlari tanpa henti karena didorong oleh semangat kecintaan terhadap bangsa. Atau seperti atlet-atlet dari Kenya dan Ethiopia yang mampu menjadi yang terbaik dalam pelarian jarak jauh meskipun dirundung oleh berbagai ketertinggalan, mestilah didorong oleh semangat untuk menunjukkan kesejajarannya dengan bangsa-bangsa lain, bahwa mereka patut berbangga dengan karunia kaki-kaki kekar dan paru-paru yang tidak kurang sehat dibanding bangsa-bangsa lain di dunia, karena mereka ditempa oleh alam yang keras dan mungkin lebih ekstrem secara geografis dibanding negeri lainya di dunia.
Dengan prinsip yang sama, kenapa kita tidak merasa berbangga dengan karunia bersejarah nan eksotis yang dapat dinikmati dalam pelarian bersama melalui Mandiri Jogja Marathon. Bahkan  bersama keluarga, kita bisa berlari jauh, sejauh pencarian jawaban akan rasa keingintahuan mengenali negeri yang kaya dengan nilai spiritual, kultural, dan historikal sepanjang lintasannya.
Mandiri Jogja Marathon, adalah lomba lari yang lebih dari sekadar lomba. Tidak semua kita akan menjadi yang tercepat, tapi selama kita bersama, kita bisa berlari sejauh kebersamaan kita. Berlari adalah bergerak, dimana salah satu kaki mengalami saat melayang di udara. Kebersamaan dalam saat melayang bersama akan membawa kita kepada pengenalan yang lebih jauh akan kecintaan kepada bangsa dan negeri kita, karena Jogja sungguh istimewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H