Sebagai narasi pembuka dalam film yang berjudul Aquaman ini adalah sebuah kutipan tentang laut dari penyair Jules Verne, bahwa laut adalah perwujudan dari sesuatu yang supranatural dan luar biasa, katanya:
"Letakkan dua perahu di lautan, tanpa angin dan gelombang, mereka akan tetap berdekatan."
Ungkapan yang bagi saya terasa sebagai simbolisasi pesan bahwa berbicara tentang laut berarti berbicara tentang hidup dan hubungan-hubungan dalam kehidupan.
Saya tidak akan melakukan tinjauan atas profil karakter atau plot cerita yang sudah banyak dilakukan oleh penikmat maupun kritikus film yang juga ada di kompasiana. Saya lebih tertarik memparafrase narasi menarik yang saya temukan sepanjang film sebagai sebuah pesan moral tentang lingkungan.
Berbicara tentang lingkungan tentu tidak terlepas dengan dunia fisik sebagai lokus atau wilayah tempat berlangsungnya suatu peristiwa.Â
Dalam film ini tentu saja lokusnya adalah laut, ada juga daratan, dan sebuah tempat lagi yang dulunya merupakan daratan, namun akhirnya tenggelam ke dasar lautan. Sebuah tempat yang bernama Atlantis, benua yang hilang dalam catatan mitologi Yunani kuno.
Untuk menjembatani hubungan antara cerita film yang bersifat fiksi dengan pesan moralnya yang nyata, maka perlu kiranya sedikit tinjauan tentang mitologi Atlantis, sebagai sebuah pengantar.
Setidaknya koleksi memori saya tentang cerita Atlantis mulai sejak kisahnya diangkat dalam sebuah artikel pada majalah bulanan Kartini edisi tahun 1990-an yang sudah punah. Kalau tidak salah judul artikel itu adalah: Tenggelamnya Benua Atlantis.
Jika membayangkan bahwa Atlantis memang benar sebuah fakta, maka setidaknya menurut catatan Plato (427-348 SM) yang menyebut namanya pertama kali dalam buku Timaeus dan Kritias, yang ditulis tahun 360 SM, saat umur Plato 67 tahun.
Pada buku Timaeus, Plato berkisah:
“Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar. Dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya. Di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena. Namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir. Tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut. Negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam."
Sementara itu, kalau menurut catatan Plato dalam Kritias, Atlantis dulunya mungkin terhampar di seberang pilar-pilar Herkules, sebuah tempat yang pada masa kini diduga sebagai selat Gibraltar di sekitar perairan Mediterania, dekat Pulau Kreta.
Dalam catatan Plato itu juga digambarkan bahwa Atlantis adalah bangsa yang hidup pada zaman peradaban perunggu tinggi, sezaman dengan bangsa Aegea, Minoa, Mycenaea, Hittie, Mesir dan Babylonia.
Pada masa keemasannya juga Atlantis menaklukkan mulai dari Libya hingga Mesir, sebuah kerajaan yang dalam film ini dinamakan kerajaan Deserter, gurun. Juga menaklukkan Eropa sampai Tirenia, mungkin itulah yang dinamakan kerajaan Trench yang berada di lautan Tirenia.