Mohon tunggu...
Teofilus Ricky
Teofilus Ricky Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Semua Bercampur? Mempelajari Instrumental dan Emansipatoris Menuju Dunia yang Lebih Berkelanjutan

6 Juni 2016   02:57 Diperbarui: 6 Juni 2016   03:13 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Semua bercampur? Mempelajari Instrumental dan Emansipatoris Menuju Dunia yang Lebih Berkelanjutan : Pertimbangan untuk EE Pembuat Kebijkan

Pembuat kebijakan sedang mencari cara menggunakan strategi pendidikan dan komunikasi untuk membuat keberlanjutan ramah lingkungan di banding satu prospek yang ada saat ini. Mereka sering menemukan diri mereka terperangkap diantara instrumental (perubahan tingkah laku) dan emansipatoris (pengembangan manusia) yang dihunakan pada strategi tersebut. Penelitian ini menyoroti jelas pembagian dengan menyelidiki empat contoh kasus yang mewakili baik itu orientasi maupun campurannya. Salah satu hasil penelitian adalah pembuatan kebijakan EE tapi juga EE professional kebutuhan pertama untuk mencerminkan jenis perubahan tentang yang dipertaruhkan. Hanya jika mereka dapat menentukan jenis pendidikan, partisipasi, komunikasi dan campuran kesemuanya dan sistem efaluasi dapat menjadi yang terbaik digunakan penelitian ini memberikan kebijakan yang di induksi perubujudannya dari EE mencoba menjawab beberapa pertanyaan: 1 bagaimana berbagai pendekatan EE berkontribusi dalam proses utama pelaksanaan baru yang lebih sesuai dari pada salah satu pendekatan yang mereka cari untuk perubahan? Bagaimana menggunakan pendekatan atau “alat” yang diperkuat dan atau dimanfaatkan. 2 bagaimana bisa pembuat kebijakan (EE) menjadi lebih kompeten dan efektif dalam menggunakan alat komunikatif dalam pergerakan masyarakat menuju keberlanjutan? 3 apa peran “pengetahuan” dalam pendekatan tersebut? Proyek penelitian ini mempelajari tiga pendekatan untuk EE: salah satu dapat diklasifikasikan sebagai dominanisasi instrumental, yang satu dapat ditandai dominanisasi, emansipatoris, dan satunya terlihat seperti perpaduan keduanya.
Instrumental pendidikan lingkungan dan komunikasi
 Pendekatan instrumental berasumsi bahwa keinginan hasil prilaku dari kegiatan EE diketahui, (lebih atau kurang) disetujui dan dapat mempengaruhi dengan teliti intervensi desain. Hanya menempatkan pendekatan instrumental pada permulaan EE dengan merumuskan tujuan spesifik dalam istilah prilaku yang disukai dan menganggap “kelompok target” sebagai sebagian besar “penerima pasif” yang butuh pemahaman lebih dari interpretasi komunikatif yang mana memiliki banyak dampak. Model pokok pendekatan tersebut menjadi lebih mutakhir sepanjang tahun dari yang lama “dari kesadaran untuk bertindak” model yang muncul pada abat ke 16 dan 17 yang lalu.
Pendidikan emansipatoris lingkungan
 Pada pendekatan emansipatoris sebaliknya, mencoba mengikut sertakan masyarakat dalam aktifitas dialog untuk mendorong objektifitas kepemilikan, berbagai makna dan gabungan rencana penentuan diri dari tindakan untuk membuat perubhan diri mereka sendiri. Mempertimbangkan keinginan dan yang pemerintah harapkan dari mereka, akhirnya berkontribusi untuk berkelanjutan lebih masyarakat keseluruhan (Walls dan Jeckling, 2002). Dalam kata lain, tujuan spesifik dan cara untuk mencapai semuanya tidak ditetapkan terlabih dahulu. Proses pembelajaran sosial didukung metode partisipatoris, yang telah di identifikasi sesuai mekanisme untuk lebih mewujudkan pendekatan emansipatoris pada EE (van der Hoeven et al., 2005).

Kritik dari pendekatan tersebut cenderung berdebat bahwa kita tidak tahu banyak tentang apa yang berkelanjutn dan apa yang tidak, dan bahwa dari waktu ke waktu kita semua telah dibebaskan, diberdayakan, refleksif, dan kompeten membawa kpasitas bumi yang akan habis irevesibel.
Campuran pendidikan lingkungan, komunikasi dan partisipsi
 Lingkungan sosiologis Belanda Gert Spaargaren membngun teori strukturisasi Gidden yang merupkan model penghubung tindakan berorientasi dan pemenuhan pencadangan struktur berorientasi (Spaargaren, 2003).

Metodologi dan metode
 Studi kasus metodologi memilih mengizinkan kita untuk “mengungkapkan keberagaman factor (yang mana) memiliki interksi untuk menghsilkan karakter umum kesatuan yang menjadi subjek penelitian”. Studi kasus metodologi memungkinkan menpelajari tentang contoh kompleks melalui deskripsi dan analisis kontekstual. Hasilnya merupakan baik deskriptif dan teoritikal dalam kesadaran bahwa pertanyaan yang dibesar-besarkan tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, dan dengan menganggap apa yang mungkin penting untuk dieksplor dalam situasi yang sama. Urutan tahap ang sesuai untuk menghsilkan studi kasus: orientasi (apa yang kita cari? Apa yang ingin kita ketahui?); dekonstruksi (apa asumsi kita? Apa asumsi dari penelitin tersebut? Apa asumsi yang ditemukan diliteratur yang relevan?); pertanyaan (apa pertanyaan yang dibutuhkan untuk bertanya? Oleh siapa? Untuk siapa?); Tanya jawab (menggunakan pertanyaan yng terbuka, terdaftar, membuat percakapan penting menyangkut deskripsi tpi juga penjelasan lebih); analisis (luar dan dalam analisis kasus, menggunakan transkrip, mencari pola, kesamaan dan perbedaan, mencari penyebat intra subjektif persetujun tentang interpretasi dan penemuan diantara panel penelitian); validasi dan memint umpan balik (pengecekan dan pengajuan hasil pemerintah dan kunci partisipan dalam penelitian studi kasus). Dalam total 20 informasi kunci tersedia pemsukan kunci untuk penelitian (dalam rata-rata lima informan perstudi kasus).

Potret empat kasus
 Empt studi kasus, meniru empat pendekatan yang diciptakan untuk menemukan beberapa jawaban dalam pertanyaan penelitian: satu studi kasus berlangsung dalam akhir kesatuan rangkaian instrumental, satu studi kasus berlansung dalam akhir kesatuan rangkian emansipatoris, sedangkan dua tambahan “campuran” studi kasus, termasuk bik itu elemen emansipatoris maupun instrumental, yang mencakup keduanya juga.
Kasus 1- kampanye mengadopsi ayam (instrumental)
Kasus 2- membut kawasn perkotaan berkelanjutan (emansiptoris)
Kasus 3- Dan Hareker (percampuran)
Kasus 4- cerita wilayah Heuvelrug (percampuran)

Sumber : Wals Arjen E. j. dan Geerling-Eijff Floor, All Mixed Up? Instrumental and Emanciptory Learning Toward a More Sutainble World: Considerations for EE Polcymakers, Wageningen University & Research Center, Hollndseweg, the Netherlands.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun