Pelaksanaan kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) akan segera berlangsung di beberapa Universitas dalam negeri. Ratusan ribu mahasiswa baru antusias menyambut untuk beralih ke dunia perkuliahan. Dengan asumsi, “Pasti jadi mahasiswa enak banget! Banyak waktu kosong. Jadi, bisa banyak ikut kegiatan organisasi sama tetep berprestasi di akademik,” menjadi hal yang masih disepelekan oleh kebanyakan mahasiswa baru. Namun, kenyataannya masih banyak yang kewalahan dalam mengatur diri, bahkan saat kegiatan ospek baru dimulai.
Semester satu dan dua perkuliahan ditandai sebagai periode dimana mahasiswa disebut “Mahasiswa Baru.” Kata baru memiliki pengertian belum pernah ada di fase kehidupan perkuliahan. Pada fase kehidupan ini, akan banyak menemukan kesempatan-kesempatan yang dapat diambil dengan mudah. Namun, mahasiswa baru cenderung “berlebihan” dalam mengambil kesempatan-kesempatan tersebut. Sehingga melupakan pentingnya yang dinamakan skala prioritas. Skala prioritas adalah ukuran seberapa pentingnya tingkat kebutuhan yang harus diutamakan dan tersusun dalam dalam daftar kebutuhan seseorang. Tentu saja hal ini memiliki kesinambungan dengan cara memanajemen diri. Namun, tidak semua mahasiswa bahkan orang dewasa memahami konsep dari manajemen itu sendiri.
Manajemen memiliki pengertian sebagai suatu ilmu dengan proses pengorganisasian, pengaturan, serta pengelolaan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan, Manajemen diri adalah suatu proses dimana seseorang berupaya sendiri untuk merubah perilakunya dengan cara mempunyai satu strategi atau gabungan strategi (Elvina, 2019). Kedua pengertian diatas terkadang diartikan berbeda oleh sebagian orang. Manajemen sering diartikan dengan pengaturan tentang mengelola uang. Justru, Manajemen memberikan ilmu tentang mengelola segala asset yang kita miliki, seperti waktu, tenaga, dan pikiran. Oleh karena itu, mahasiswa baru harus menerapkan konsep manajemen diri dengan konsisten.
Trend FOMO (Fear Of Missing Out) menjadi faktor terbesar mahasiswa baru kesulitan dalam memanajemen diri. Mahasiswa baru memiliki kecenderungan untuk berambisi dalam mengambil beberapa keputusan pada satu periode tertentu yang tidak dipertimbangkan dengan baik. Ingin mengikuti berbagai kegiatan, namun tidak memahami batas potensi diri. Selain itu, masih banyak mahasiswa yang terjebak dalam zona nyaman dari Sekolah Menengah Atas (SMA), dihadapkan kenyataan harus menjadi pribadi yang mandiri (Nasir, 2022).
Beberapa dampak yang akan terjadi, apabila mahasiswa baru masih membiasakan untuk tidak memanajemen diri, antara lain :
1. Penurunan Prestasi Akademik
Padatnya kegiatan yang diikuti dapat berdampak pada kualitas belajar mahasiswa. Karena fokus yang terpecah, memungkinkan mana yang harus lebih di prioritaskan. Hal terburuknya adalah target lulus kuliah tepat waktu mungkin tidak bisa dicapai.
2. Menimbulkan Penyakit Mental
Umumnya mahasiswa mudah untuk tertekan secara mental. Stres akibat tekanan dalam kegiatan dapat menjadi faktor utama. Tidak sedikit mahasiswa melakukan tindak bunuh diri akibat depresi karena kesulitan dalam memanajemen diri.
3. Penurunan Kepercayaan Diri
Lingkup akademik tentu akan memberikan tekanan kepada mahasiswa untuk mampu memahami segala mata kuliah yang telah diberikan. Mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan, juga dituntut aktif dalam perkuliahan. Namun, dengan banyaknya pikiran yang ditanggung, memungkinkan mahasiswa tidak sempat belajar dan percaya diri dalam diskusi di perkuliahan.
4. Penurunan Motivasi Kedepan
Mahasiswa baru memiliki ambisi tinggi tentang masa depan. Berjalannya kehidupan sebagai mahasiswa baru, terkadang realita yang dihadapi tidak seindah yang dibayangkan. Akan selalu ada hal-hal yang tidak bisa dikontrol dengan berbagainya kegiatan yang banyak diikuti mahasiswa. Kenyataan tersebut membuat mahasiswa merasa pesimis untuk menghadapi tantangan yang ada di masa depan.
5. Life-balance Terganggu
Dalam kasus ini mahasiswa akan menemukan kesulitan dalam mengatur perputaran kehidupan pribadi. Kesulitan yang dihadapi, antara lain tidur kurang, hubungan sosial yang buruk, hingga waktu untuk bersenang-senang juga menjadi terbatas.
Mahasiswa baru merupakan “pintu” awal dalam membuka pikiran bagaimana kehidupan perkuliahan akan berjalan kedepannya. Mahasiswa memiliki kesempatan untuk mencapai karir yang cemerlang di masa depan. Diperlukan sebuah cara yang ampuh dalam mengatasi kesulitan memanajemen diri. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan fungsi-fungsi dasar ilmu manajemen. Menurut George R. Terry dan Liesli W. Rue, kita dapat meminimalisir kesulitan-kesulitan dalam memanajemen diri dengan : 1) Membuat perencanaan yang terstruktur dan terukur (Planning); 2) Mengelompokkan dan melaksanakan kegiatan berdasarkan skala prioritasnya (Organizing); 3) Menentukan instrument yang menunjang diri dalam kegiatan (Staffing); 4) Konsisten dan menjaga diri tetap dalam Batasan (Motivating); 5) Melakukan evaluasi secara terkontrol dan mengambil tindakan dengan rasional (Controlling).
Melalui artikel ini, diharapkan mahasiswa baru lebih bersemangat dalam memasuki fase kehidupan perkuliahan. Dengan menerapkan ilmu manajemen, mahasiswa baru setidaknya tidak gegabah dalam mengikuti beberapa pilihan kegiatan dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi. Sehingga, dengan segala bentuk usaha yang telah dibentuk dengan matang mampu mencapai hasil yang maksimal.