Di tengah semua berjuang membebaskan warga dari pandemi covid-19, Jawa Tengah tak ingin anak-anak pemimpin masa depan itu kusut. Maka provinsi ini kini berhasil punya rintisan kelas virtual dengan tagline, menjaring anak usia sekolah harus sekolah " sekolah tanpa sekat." Dengan demikian pesan moral terdalam di dalamnya adalah melayani tanpa batas.
Alasan yang mengemuka mengapa terbit kelas virtual ini di bawah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, diantaranya menjadi bagian pencapaian visi misi Gubernur, keadilan dan perluasan akses pendidikan, mengurangi potensi angka anak putus sekolah dan anak tidak sekolah dan sebagai implementasi kebijakan layanan pendidikan.
Lokus pelaksanaan kelas virtual di Jawa Tengah tahun ini sebagai ujicoba adalah2 (dua) SMA, yakni SMN 1 Kemusu Boyolali, dengan pendaftar 46 anak diterima 36 anak (1 rombel), dan SMAN 3 Brebes, dengan pendaftar dan diterima sejumlah 36 anak (1 rombel).
Sebelumnya telah dilakukan pilot project sekolah tatap muka pada 7 SMA/SMK, yakni SMAN 1 Parakan dan SMKN 1 Temanggung, SMAN 2 dan SMKN2 Wonosobo serta SMAN 2 dan SMKN 2 Kota Tegal serta satu sekolah swasta di Tegal, yakni SMA Pius.
Adapun sasaran kelas virtual, yaitu anak dari keluarga miskin, anak usia sekolah yang tidak sekolah, anak yang berpotensi putus sekolah, anak dengan keterbatasan waktu karena punya aktivitas lain (pekerja informal dan atau membantu orangtua), keterbatasan geografis, ekonomi, bias gender, dan faktor lainnya.
Dalam praktiknya, kelas virtual memiliki model pembelajaran, seperti mandiri lewat model dan video, kelas maya melalui video pembelajaran, tutorial tatap muka terbatas, yang kesemuanya itu difasilitasi melalui learning management system dan penilaian hasil belajar dengan dokumentasi karya siswa (portofolio).
Standar kelulusan siswa, antara lain membentuk anak yang punya daya juang atau tahan banting dan berkarakter, dokumentasi karya anak yang kreatif, produktif dan inovatif (Portofolio) serta menguasai perangkat media sosial.
Dukungan nyata pemerintah Provinsi Jawa Tengah, seperti bantuan perangkat pembelajaran, beasiswa pendidikan, bantuan teknis operasional, bantuan BOS dan BOP, modul dan video pembelajaran juga bantuan paket data/pulsa.
Untuk itu, dalam kondisi apapun kita tidak boleh berhenti melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, termasuk bidang pendidikan, sebagai sarana investasi sumber daya manusia, dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional. Di tengah pandemi ini ternyata kita mampu melahirkan berbagai inovasi dalam layanan kepada masyarakat.
Sekali lagi, rintisan kelas virtual SMA, yang beberapa  waktu  lalu telah membuka  program kelas jarak jauh  untuk  menjawab  berbagai  tantangan  yang  ada  di tengah-tengah kita.Â
Rintisan kelas virtual ini merupakan salah  satu implementasi program  prioritas  kita, yaitu  sekolah tanpa sekat. Kelas ini merupakan jawaban untuk menjangkau layanan pendidikan tanpa batas ruang dan waktu.