Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hormat pada Guru

15 Oktober 2020   17:03 Diperbarui: 15 Oktober 2020   17:05 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Inovatif

Oleh karena itu, guru harus mengurangi dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran dengan harapan peserta didik mampu mengungguli kecerdasan mesin. Pendidikan yang diimbangi dengan karakter dan literasi menjadikan peserta didik akan sangat bijak dalam menggunakan mesin untuk ke-maslahatan masyarakat. Role model dari seorang guru akan lebih bermakna bagi para peserta didik.

Lalu, bagaimana idealnya menjadi guru di era kini? Guru harus mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran. Kompetensi yang harus dimiliki Guru antara lain: kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill); keterampilan komunikasi dan kolaboratif (communication and collaborative skill). keterampilan berpikir kreatif dan inovasi (creativity and innovative skill); literasi teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology literacy); serta keterampilan pembelajaran kon-tekstual (contextual learning skill). Selain itu juga literasi informasi dan media (information and media literacy).

Guru harus siap menghadapi era digital meskipun disibukkan oleh beban kurikulum dan administratif yang sangat padat. Jika tidak, maka generasi muda kita akan terus tertinggal dan dampaknya tidak mampu bersaing dalam kemajuan IT. Di sini guru mesti berkemampuan literasi dasar, seperti literasi finansial, literasi digital, literasi sains, literasi kewarnegaraan dan kebudayaan. Literasi ini penting untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih variatif, tidak monoton, membuat para peserta didik berkembang. Harapan kita, setiap guru tergerak untuk terus berkreasi dan berinovasi mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, joyfull and inovatif learning, sehingga murid kecanduan untuk belajar.

Paska pemboman AS ke Nagasaki dan Hirosima, Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jenderalnya yang masih hidup dan menanyakan kepada mereka "Berapa jumlah guru yang masih tersisa?" Ibu pertiwi selalu menanti aksi dan karya nyata guru sebagai profesi inheren. Maka kemudian, berintegritas adalah cara guru menjaga anak-anak Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun