Harapan kita kepada para pemuka agama ataupun pemimpin ormas keagamaan bisa terus mengembangkan proses-proses edukasi kepada jamaahnya, khususnya dalam hal membangun toleransi dan kerukunan hidup beragama.
Bukan hanya pemuka agama Islam, tetapi juga kepada pemuka agama lain agar senantiasa mengajak jamaahnya bersikap dewasa dan toleran dalam kehidupan keber-agama-an. Lewat metode apapun, baik itu lewat mimbar-mimbar (pdium), tulisan di koran, cuitan di media sosial maupun cara virtual lainnya.
Prihatin kita kalau menyaksikan berbagai pendapat di medsos akhir-akhir ini. Satu sama lain saling serang, sikut, fitnah dan tidak saling menghargai. Bukan hanya eksternal atau antar umat beragama, tetapi juga sesama pemeluk agama, bisa saling menghinakan. Ini yang perlu serius diperbaiki bersama.
Selain dakwah yang menyejukkan, membangun toleransi juga bisa dilakukan dengan memperkuat silaturahmi baik intern ataupun ekstern umat beragama. Sebagai tradisi bangsa kita, silaturahmi dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap tenggang rasa antar penganut agama maupun antar budaya. Selain itu, dapat menjadikan masyarakat Indonesia tidak individualistik. Semua bisa melebur sebagai bagian dari anak bangsa, Indonesia. Di sini kita ingin memastikan bahwa toleransi itu investasi.
Maka toleransi kita hari ini adalah berjuang menegakkan kebenaran, menjaga kerukunan, persatuan kesatuan, menenun benang kain kebersamaan, serta menguatkan jalinan ikatan persau-daraan dan kegotong royongan.Â
Pun toleransi hari ini adalah tabayyun ketika mendapati informasi yang belum jelas kebenarannnya, menyebarkan ujaran kebaikan dan melawan berita kebohongan. Serta toleransi untuk mengatasi persoalan pandemi, kemiskinan dan narkoba juga terorisme. Kita ingin semua pihak menjadi pemilik saham toleransi sebagai bagian investasi merawat masa depan kebhinnekaan Indonesia.