Sampai hari ini bagi daerah-daerah yang masuk zona hijau maupun kuning bukan berarti sudah bebas atau zero covid. Apalagi yang berstatus zona merah, maka sebaiknya kita tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan dengan baik, tanggungjawab dan penuh kerelaan.
Kita bisa memahami, akibat covid ini semua sektor terdampak, termasuk sektor pendidikan. Namun demikian, kita harus tetap produktif, kehidupan harus berjalan. Penting kita sampaikan, siapapun yang mengelola tempat umum, tempat kerja, sekolah dan tempat ibadah harus memperhatikan protokol kesehatan, bahkan kita harus bisa menjadi kontrol terhadap kedisiplinan masyarakat.
Karena wabah covid belum juga reda, bahkan cenderung meningkat. Maka sampai hari ini pemerintah belum memutuskan untuk membuka kembali sekolah dan perguruan tinggi. Tak kurang sebanyak 62,5 juta anak di Tanah Air mulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi belajar dengan menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sekolah dari rumah akibat pandemi Covid-19. Sehingga PJJ menjadi pilihan. Bahkan Pak Menteri Pendidikan, menyatakan belajar daring hingga akhir tahun ini.
PJJ menjadi alternatif karena sekurangnya mampu menekan angka penyebaran maupun memutus mata rantai covid-19. Pemprov Jateng telah memberlakukan pembelajaran jarak jauh sejak Maret tahun ini. Bukan soal belajar jarak jauh, tapi soal kesiapan kita melaksanakan sistem itu secara baik. Untuk mendukung itu semua, maka sekurangnya ada beberapa hal yang harus disyaratkan. Seperti, guru dan siswa menguasai teknologi, materi pembelajaran mudah dipahami, menarik bagi anak, Â dll.
Tak terasa mungkin belajar daring sudah berjalan 3-4 bulan terakhir, memang sistem daring ini ada plus minusnya. Pembelajaran via on line atau daring jelas tak membuat masalah baru bagi anak kota, orangtuanya mampu, hardware tersedia, seperti gadget, laptop atau komputer lainnya. Rumah mereka pun semua sudah berlistrik juga dekat dengan akses keinternetan, misalnya membeli paket data/kuota internet, dll.
Tapi jangan disamakan mereka yang kebetulan berasal dari keluarga miskin. Jadi mereka ini untuk membeli kuota internet saja susah. Artinya tak ada pos untuk itu, belum lagi tak adanya aliran listrik apalagi dana untuk membeli HP, laptop atau komputer bekas sekalipun. Selain itu, misal sudah berlistrik, di desa notabene miskin jika terjadi gangguan jaringan atau tak ada sinyal internet, lemana lagi harus mengatasinya.
Mulai sekarang penting kita siapkan bukan hanya sekolah, kasih buku, beasiswa, tapi ke depan perlu kuota internet karena persiapan daring harus lebih baik lagi.Â
Selain itu, utamanya Pemprov Jateng memberi keringanan dengan menggratiskan pembayaran uang pendidikan baik di SMA/SMK/SLB, dan khusus di SMKN Jateng bahkan seluruh biaya belajar dan hidup gratis dengan boarding school. Syaratnya anak pintar tapi berasal dari keluarga miskin. Sedangkan untuk sekolah swasta, masih penjajakan dengan model subsidi.
Kita layak mengapresiasi bebarapa kaukus yang melakukan kerjasama dengan media seperti TVRI maupun RRI dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah guna mengantisipasi peserta didik yang terkendala dengan sinyal dan biaya kuota internet. Jika elemen-elemen pendidik bisa kreatif, nyawiji dengan Pemerintah, saya yakin PJJ tidak menjadi penghalang bagi kita dalam menelurkan generasi bangsa yang kompetitif.
Di samping regulasi yang mengatur pembelajaran di era new normal, secara prinsip, agenda kerjasama di atas bagus sejalan dengan harapan kita, yakni menempatkan kesehatan dan keselamatan, keberlangsungan sekaligus melindungi peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan warga satuan pendidikan dari potensi penularan/penyebaran covid-19 dengan tetap melanjutkan Belajar dari Rumah atau Pembelajaran Jarak Jauh secara efektif.
Selain itu, penting bagi kita menyiapkan tenaga pendidik yang adaptif dalam teknologi pembelajaran. Pendidikan adalah investasi yang penting bagi sebuah bangsa. Kita tak boleh bermain-main soal kualitas pendidikan. Ini menyangkut masa depan bangsa. Pendidikan jarak jauh hari ini memberi jawaban.