Keterpanggilan
Pada sisi lain, munculnya berbagai profesi dengan legal sertifikasinya pada saat sebuah institusi pendidikan favorit dan kredibel yang banyak meluluskan siswa dengan nilai-nilai excelen, namun siapa sangka ternyata nilai tersebut hanya sulapan, rekayasa sang guru. Di sini sikap dan perilaku guru semestinya selalu menjadi patokan muridnya bahkan masyarakat lingkungannya, tetapi ketika tindakannya sudah keluar dari koridor berkonten edukasi, maka pupus sudah kepercayaan publik kepada profesi sekaligus ke institusi yang menaungi.
Atau pada level lainnya, ASN yang punya usaha sampingan yang cukup prospektif dan berkembang pesat, pelahan ASN ini sering mangkir dan menomorsatukan side job-nya ketimbang tupoksi sebagai abdi negara dan babu rakyat. Ini juga modus pengingkaran profesi. Memang tak mudah, banyak pihak menginginkan jadi orang itu multi talent, namun ketika semua berjalan dan mungkin satu dua titik berkurang perhatiannya, maka bisa disimpulkan itu sebagai kesalahan profesi atau pengingkaran profesi.
Untuk menjadi profesional , maka kebanggaan profesi dan kompetensi harus dibangun sejak awal lewat rasa keterpanggilan. Tanpa itu penolakan nurani dan atau bekerja asal atau ecek-ecek sehingga mutunya jelek. Akhirnya, profesi apapun dan kapanpun, terpenting adalah pelayanan dan kepuasan publik yang berimbas pada nilai public trust sebagai bagaian marwah profesi. Mari bersetia pada profesi kita, sumpah setia sumpah kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H