Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Minggu) Malam Jahanam

17 Juni 2020   17:24 Diperbarui: 17 Juni 2020   17:17 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tajuk di atas lebih terinspirasi pada label naskah drama "Malam Jahanam," nya Motinggo Boesje, meski kontek dan kontennya beda. Sebulan silam, tepatnya Minggu malam (17/5/2020) bakal menjadi malam jahanam bagi orang-orang yang menggantungkan hidupnya dari laboratorium atau pabrik gelap pembuatan narkoba (clandestine laboratory) rumahan di Kawasan Bukit Semarang Baru (BSB), Semarang, karena tim gabungan BNN Provinsi Jawa Timur dan BNN Provinsi Jawa Tengah telah menggerebeknya (Ayosemarang, 18/5/2020). Peristiwa tersebut harus menjadi bagian refleksi kebangsaan kita, membawa momentum untuk terus mengelorakan semangat meringkus aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Kita tabuh genderang perang melawan narkoba.

Narkoba adalah mesin pembunuh generasi bangsa. Sekarang ini kita sudah pada kondisi darurat narkoba. Penyalah guna narkoba tak lagi kenal usia dan status, mulai anak-anak, remaja, ibu rumah tangga, pejabat, politisi, artis yang tertangkap karena narkoba. Menurut Badan Narkotika Nasional BNN, secara nasional kerugian atas penggunaan narkoba mencapai lebih dari Rp 84,7 triliun (beritasatu.com, 18/3/2018).

BNN juga mengungkapkan bahwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5,1 juta orang, dan itu terbesar di Asia. Dari jumlah itu, 40% di antaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Setiap tahunnya jumlah pelajar dan mahasiswa yang menggunakan narkoba terus bertambah. Lebih lanjut, BNN memperkirakan ada sekitar 200 jenis baru narkoba di dunia yang 68 di antaranya sudah ada yang masuk ke Indonesia.

Saat ini tingkat prevalensi penyalahgunaan narkoba di Jawa Tengah ini mencapai 1,8 persen atau sekitar 350 ribu penyalahguna narkoba. Itu jumlah yang tercatat. Sementara yang tidak tercatat bisa tiga kali lipatnya. Kalau tidak tercatat penyalahguna narkoba itu seperti gunung es. Itu bisa tiga kali lipat, taruhlah 1 juta (penyalah guna narkoba). Kalau penduduk Jawa Tengah 34 juta lebih, jadi bisa asumsinya setiap 35 orang 1 orang penyalah guna narkoba. Sebanyak 27,7 persen penyalah guna narkoba di Jawa Tengah merupakan kalangan mahasiswa dan pelajar (Tribun Jateng, 11/3/2020). Hal ini tentu menjadi alarm bahaya bagi kita.

Efek kerja yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba ini secara umum sudah sangat diketahui yaitu dapat merangsang, mengacaukan dan juga menurunkan aktivitas susunan saraf pusat, dan orang yang sudah mengalami ketergantungan narkoba ini, besar kemungkinannya akan mengalami kerusakan pada organ tubuhnya yang pada akhirnya akan berakibat pada kematian.

Setiap jenis narkoba masing-masing mempunyai efek samping yang bervariasi, jika terhadap fisik akan menimbulkan gangguan, kerusakan bahkan sampai ke kematian maka secara psikologi akan menimbulkan efek diantaranya, yakni menimbulkan kelainan perilaku, melahirkan paranoia, halusinasi dan ilusi juga mendorong untuk melakukan aktivitas yang sangat berlebihan, gelisah dan tidak bisa diam, perilaku yang menjurus kekerasan, depresi, ketakutan, sulit mengendalikan diri dan masih banyak lagi yang lainnya.

Pecandu narkoba cenderung menjadi orang yang tidak sehat, malas dan tidak produktif, namun demikian karena mereka mempunyai kebutuhan yang tidak dapat ditolak yaitu kebutuhan Narkoba, maka jalan pintas yang dilakukan biasanya adalah dengan melakukan tindak kriminal.

Untuk itulah, perlawanan terhadap narkoba harus terus dikobarkan secara masif dari kota hingga pelosok desa. Pemerintah, BNN, Polri dan TNI telah bekerja, bersinergi untuk memberantas narkoba tetapi agar efeknya lebih optimal maka seluruh elemen masyarakat yang ada harus bersatu, bergotong-royong berperan aktif dalam pemberantasana narkoba. Gotong-royong, kesengkuyungan dan kerjasama semua elemen masyarakat akan menjadi kunci keberhasilan kita dalam memerangi penyalahgunaan narkoba.

Penyokong masuknya pengaruh negatif narkoba, yakni kurang kematangan pribadi dan emosi/ambisi melebihi logika. Selain itu, kurang komunikasi terbuka dalam keluarga dan lebih pada upaya mencari ekistensi diri. Hal lainnya yang turut beriur, yaitu rasa persaudaraan yang tinggi pada teman sebaya/lingkungan dan terakhir adalah pemahaman pada agama yang dangkal.

Menjadi tugas bersama agar membuka mata dan telinga lebar-lebar. Jika ada informasi tentang penyalahgunaan narkoba segeralah kita laporkan kepada pihak yang berwajib. Mari membangun kesadaran masyarakat untuk anti narkoba dan bersatu dengan gerakan perlawanan terhadap narkoba.

Tantangan kita, selain radikalisme, teroris dan intoleransi, kemiskinan yang menyergap kalangan muda hari ini adalah masifnya penyalahgunaan narkoba apalagi di tengah pandemi covid-19. Peranan orang tua dan sekolah sangat diperlukan untuk mencegah remaja terkena penyalahgunaan narkoba. Keduanya mesti menasbihkan menjadi sahabat terbaik anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun