Mohon tunggu...
Widhyanto Muttaqien
Widhyanto Muttaqien Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik Kedai Sinau Jakarta

pemimpi siang bolong cum precariat

Selanjutnya

Tutup

Money

Tentang Pasar dan Telinga

15 Agustus 2011   18:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:45 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

" saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachius dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa 'tuli sementara' saat lepas landas. Rasa tuli disebabkan adanya perbedaan tekanan antara udara sekitar. Tekanan udara di sekitar telah turun, sedangkan di telinga tengah merupakan tekanan udara daratan. Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap"

" Rumah siput atau Koklea ini diisi dengan cairan encer, yang bergerak dalam menanggapi getaran berasal dari telinga tengah melalui jendela oval. Sebagai bergerak cairan, ribuan "sel-sel rambut" diatur dalam gerak, dan mengkonversi gerak bahwa untuk sinyal listrik yang dikomunikasikan melalui neurotransmitter untuk ribuan sel saraf. Neuron ini pendengaran primer mengubah sinyal menjadi impuls elektrik yang dikenal sebagai potensial aksi, yang perjalanan sepanjang saraf pendengaran ke struktur di batang otak untuk diproses lebih lanjut"

Bukanlah kebaikan dari tukang daging, tukang bir, atau tukang roti yang kita harapkan pada makan malam kita, tetapi kepedulian mereka pada kepentingan mereka sendiri. Kita mengenalkan diri kita, tidak pada kemanusiaan mereka tetapi pada kecintaan mereka pada diri sendiri, dan tidak pernah bicara pada mereka atas keperluan kita tetapi untuk keuntungan mereka Adam Smith (Wealth of Nation)

Mengunyah buku mungkin penting bagi sebagian orang. Namun bila dilepaskan dari tubuh sosial maka mengunyah buku sepertinya percuma. Dalam pembicaraan tentang ibadah, dimana hamba Tuhan selalu tunduk padaNya, Tuhan berkata bahwasanya akan ditunda segala kemudahan sampai kamu menyelesaikan urusanmu dengan lainnya. Urusan ini banyak, dalam ritus penguburan menurut 'adat Islam' misalnya, wajib disampaikan bahwa ahli waris siap mengurus hal-ihwal utang-piutang dan persoalan yang belum terselesaikan antara yang mati dan yang hidup. Yang mati diwakili oleh keluarga besar dan atau ahli warisnya. Maka mengunyah buku penting dipahami sebagai kegiatan 'antara' melakukan sesuatu  dengan ilmu dan menemukenali kesalahan atau domain galat dalam tindakan. Mengunyah buku seperti halnya fenomena tuli dalam kutipan di atas berfungsi sebagai suatu hal yang reflektif, mengembalikan keseimbangan.

Dalam anugerah Youth Entrepreneurship Program 2011 di Malang, tanggal 26 Maret 2011 kemarin, Kedai Sinau mendapatkan kehormatan untuk menjadi unit bisnis terbaik dalam hal nurturing people, nurturing business. Kriterianya: adalah (1) terbuka dalam akses informasi, peserta magang diperbolehkan untuk melihat jeroan Sinau, dan (2)melibatkan penuh partisipan dalam operasional bisnis, sehingga mereka dapat memberikan masukan dan mencoba mengoperasionalkan masukan mereka sendiri dalam simulasi pemasaran dan penjualan, (3) berbagi pengetahuan, hasil dari pemagangan ini diharapkan partisipan dapat memahami secara benar seluk-beluk bisnis, sehingga sadar sepenuhnya bahwa bisnis sepenuhnya adalah risiko. Artinya tidak ada bisnis yang bebas risiko. Membagi pengetahuan seperti ini mungkin bagi Sinau tidak perlu kemasan ilmiah yang rumit, karena Sinau terbiasa menggunakan pendekatan 'apa yang ada pada diri partisipan, digali terlebih dahulu', partisipan memiliki pengetahuan tersembunyi, katakanlah semacam tacit knowledge, sehingga berbagi pengetahuan a la Sinau adalah memahami diri sendiri, apakah memang ia ingin mengetahui tentang sesuatu yang beralaskan 'apakah ia ia ketahui tentang sesuatu tersebut', besar atau kecilnya pengetahuan kita tentang bisnis berujung pada pembentukkan karakter I'm ok. You're ok.

Kutipan di atas tentang saluran Eustachius dan Rumah Siput adalah ide yang disampaikan dari Dr. Bayu, sebagai advisor program, ia menerka jika logo Sinau adalah bagian dari telinga, terutama Rumah Siput (Koklea). Kesimpulan ini semena-mena saya ambil setelah melihat kegunaannya dalam tulisan ini dan menerka balik filosofi yang sedang dipikirkan oleh Dr. Bayu. Filosofi telinga yang paling ampuh adalah 'kita dianugerahi dua telinga, dan satu mulut' maka lebih banyaklah mendengar. Jadilah pendengar yang baik, Hatta wakil presiden pertama yang meletakkan dasar ekonomi berdasarkan sosialisme demokrasi, menegaskan jadilah pendengar yang baik, setelah itu jadilah pekerja yang baik (bukan pembicara yang baik). Maka ide ini pula yang membuat saya menerka filosofi telinga, alangkah seimbangnya jika kita tidak lupa daratan, karena saat lepas landas kita biasa menjadi tuli, lepas landas dalam teori ekonomi Rostow adalah jalan menuju kemapanan materi, wajar jika kita dibuat bising oleh mesin produksi, sementara mungkin melupakan yang lain (baca: manusia). Maka konsep nurturing business, nurturing people ini adalah bagaimana agar bisnis tidak melupakan sosial, dalam Etika Bisnis-nya Adam Smith (Theory of Moral Sentiment) bahkan kesejahteraan sosial ditempatkan sebagai etika jika bisnis ingin berkelanjutan (walaupun banyak yang memandang Adam Smith 'tidak' memiliki moral sosial. Adam Smith mempercayakan moral pada negara, sesuai dengan filosofi yang berkembang di zamannya, dan menempatkan kemakmuran pada pasar, maka sebaik-baiknya warga negara adalah individu-individu yang menyumbang pendapatan negara), karena bisnis memerlukan hal tersebut: pasar.

Maka Sinau melihat pasar sebagai konstituen, ia yang memilih-maka ia yang akan menilai (kejamnya lagi konstituen akan menghukum). Pasar sebagai pasar (bukan konsituen) adalah ajang kontestasi, disanalah kesempatan melupakan orang, mensia-siakannya, bahkan melakukan aniaya sangat besar. Karena pasar yang cuma diposisikan demikian adalah anonim, tidak dapat ditunjuk batang-hidungnya. Pasar jenis inilah  merontokkan segala, sehingga sakit pada pasar tidak dapat tidak memerlukan campur tangan, dalam hal ini Adam Smith melihatnya sebagai invisible hand (ini yang kemudian tidak terjadi, karena moral pertama adalah kesejahteraan sosial yang dideterminasi pasar, sedangkan tangan tersembunyi bukanlah perangkat yang operasional-karena diharapkan terjadi sebagai penyeimbang dalam kontestasi). Sedangkan dalam filosofi telinga 'tuli temporer- yang dialami di rumah siput bisa diatasi dengan memberikan asupan oksigen, lewat mulut-tenggorokan-saluran Eustachius, kembali memberikan rangsang pada sel-sel rambut-menggetarkannya dan memberikan rangsang ke otak lewat syaraf pendengaran.

Kita mengunyah buku untuk menghindari buta budaya dan melakukan relasi sosial dalam menghindari buta sosial.  Nurturing Business, Nurturing People melihat ada sumberdaya bisnis sebagai sumberdaya milik bersama, sehingga keuntungan dari bisnis adalah milik pekerja, klien, dan pemiliknya. Dalam sistem ekonomi Islam, dimana saya membedakannya dengan kutipan Adam Smith, moral pedagang diletakkan pada individu, artinya pedagang, wirausaha, pebisnis, industralis adalah orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di pasar, sehingga pasar adalah sesuatu yang nyata terlihat (visible) dan kemakmuran masyarakat bekerja dengan intervensi langsung para 'pedagang', konsep kesimbangan menjadi visible hand. 

Visible hand seharusnya menjadi budaya-tanding, yaitu dengan menempatkan orang-orang sebagai bagian keseluruhan dari sukses bisnis. Visible hand menempatkan bisnis dalam mandat yang jelas. Sehingga dalam etika bisnis Islam yang dimaksud aset adalah apa yang digunakan dan apa yang disedekahkan, bukan apa yang diinvestasikan atau yang ditabung. Investasi dan tabungan adalah milik ahli waris (baca: future generation), sedangkan apa yang digunakan sekarang (aset) secara kasat terlihat apa, bagaimana, dan kemana kita gunakan. Begitu juga dengan sedekah, filosofi visible hand adalah bagian dari aset kita sekarang (yang digunakan) adalah bagian dari yang kurang beruntung dan kaum yang teraniaya. Aset dalam hal ini langsung 'diakumulasikan' lewat sedekah bukan investasi. Pengertian aset disini adalah apa yang disebut sebagai cukup, Mahatma Gandhi pernah menyatakan keserakahanlah bukan kelangkaan sumberdaya yang menyebabkan kemiskinan dan kelaparan.

Sedangkan investasi disini adalah menimbun/menabung/untuk keperluan masa datang (dalam pengertian uncertain), bersedekah sebagai aset memberikan pengertian bahwa kemiskinan tidak bisa diserahkan langsung lewat moral negara dan moral pasar, sehingga sedekah menjadi pasti (certain) untuk mengatasi kemiskinan, dilakukan oleh orang per orang-sosial.

Dari perpektif 'kini' inilah Nurturing Business, Nurturing People  dijalankan tanpa bantuan 'tangan tak terlihat' karena kita yang mengubah diri dan lingkungan kita.  Dimulai dari kita. Karena pasar sebagai ajang kontestasi mestilah bisa diberi warna oleh kita sendiri sebagai sebuah kolektif tentunya.

Tabik,

Widhy Sinau

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun