Mohon tunggu...
Widhyanto Muttaqien
Widhyanto Muttaqien Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik Kedai Sinau Jakarta

pemimpi siang bolong cum precariat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Telungkup dan yang Telentang

25 Juli 2013   10:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:04 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang Telungkup dan Yang Telentang

oleh: w. muttaqien ahmad

Yang telentang

Salah satu orientasi dalam PNPM Peduli adalah mengaitkan faktor permintaan dan penawaran, artinya  jaminan terhadap bahan baku, pengolahan dan distribusi. Hapsari mencoba melakukan penguatan di  tiga sektor tersebut. Dengan cara menguatkan serikat petani, membentuk serikat perempuan, membangun pasar dan koperasi (Leli Zailani, Hapsari Sumut)

Himpunan Serikat perempuan Indonesia (Hapsari) memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun untuk dalam mengorganisir perempuan basis. Dalam mencapai misi tersebut Hapsari telah memiliki serangkaian misi yang menyatukan sisi ekonomi, sosial, dan politik. Hal yang menarik dalam gerakan Hapsari adalah penguatan ekonomi dilakukan setelah ada pengorganisasian di tingkat perempuan basis, terutama penguatan untuk hak-hak sipil, lewat pendidikan kritis.

Para perempuan yang tergabung dalam organisasi lebih dulu diajarkan cara-cara berorganisasi mulai dikenalkan dengan apa itu atuaran main, AD/ART, cara mengorganisir forum, seperti rapat (mulai dari membuka rapat, menawarkan agenda rapat, membuat catatan, sampai ke hal-hal teknis seperti menyusun anggaran rapat). Mereka diajarkan juga teknik berpidato, retorika dasar. Dalam pelatihan-pelatihan yang dilakukan ide-ide baru tentang kesetaraan gender, diskriminasi perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, diperkenalkan..

Tujuan Hapsari ditentukan oleh proses di atas, yang nampaknya sederhana, namun pengalaman mengorganisasikan hal-hal seperti itu membuat serikat perempuan ini berbaris rapih. Mereka menjadi percaya diri. Kemampuan dasar organisasi ini kemudian diperkuat dengan pelatihan teknik-teknik fasilitasi untuk pertemuan-pertemuan, pendampingan di tingkat komunitas.

Serikat Perempuan Independen (SPI) Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta didirikan melalui Kongres I (23 – 24 Juli 2010) di kecamatan Kalibawang, Kulonprogo. Ini adalah salah satu upaya kerja HAPSARI melakukan perluasan wilayah keanggotaannya di wilayah Jawa. Setahun setelah berdiri Hapsari melihat adanya peluang untuk ikut serta dalam PNPM Peduli yang memiliki mandat yang sama dengan mandat Hapsari yaitu mengutamakan gerakan politik perempuan dan memperluas peran perempuan dalam pengambilan keputusan di  tingkat lokal.

Tahun 2011, Hapsari bersama SPI Kulonprogo melaksanakan program PNPM Peduli, berhasil mengembangkan tiga puluh (30) orang kader desa. Yang diajarkan oleh SPI KP terutama bagaimana melakukan kerja-kerja organisasi seperti melobi pihak-pihak pemerintahan atau organisasi yang lain untuk bekerjasama, melakukan pemetaan sumberdaya desa.

Penguatan keberlanjutan penghidupan  adalah isu yang baru bagi Hapsari, selama ini sentuhan terhadap isu ekonomi hanya pada pengautan kapasitas, seperti keterampilan, kini Hapsari mencoba melakukan penguatan ekonomi dengan mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari hulu-hilir, budidaya tanaman sampai paska panen . Dari diskusi awal kebutuhan utama  yang paling mendesak bagi para petani adalah pasar. Karena selama ini mereka menjual barang dagangan mereka jauh 8 km, berjalan 3-4 jam, setiap hari jam 2 pagi. Hanya untuk mendapatkan 10-20 ribu. Di desa ini mereka sesungguhnya masih juga menjalankan sistem barter, misalnya pisang ditukar dengan beras di warung, namun hal ini tidak cukup, hasil tani mereka mesti dijual sementara pasar begitu jauh. Maka dimulailah perjuangan untuk membuat sebuah pasar. Sekarang pasar tersebut disebut pasar rakyat Keceme.

Pasar Rakyat Keceme menggunakan lahan milik Dinas Perkerjaan Umum, semula lahan tersebut ingin dijadikan lahan parkir untuk kawasan wisata Puncak Suroloyo, karena lokasi pasar ada di salah satu puncak di perbukitan Menoreh, yaitu puncak Suroloyo yang sudah menjadi obyek wisata setempat. Dari puncak ini kita bisa melihat kompleks candi Borobudur di kejauhan.

Setelah lewat lobi panjang, Serikat Tani dan SPI KP berhasil mengakses sebagian lahan dengan penataan bersama Dinas Pekerjaan Umum. Lokasi kios nantinya mengelilingi lapangan parkir.

Hal penting dalam lobi ini adalah ketika kami berusaha melakukan ekspos program, sehingga bupati, kecamatan datang melihat tempat ini. Dalam ekspos program tersebut komitmen antar pihak untuk membangun kawasan Puncak Suroloyo dipertegas, dan Serikat Tani serta Serikat Perempuan Independen Kulonprogo diakui  keberadaannya  oleh pemerintah dan memperoleh legitimasi di mata anggota dan masyarakat.

(FGD Hapsari dan Serikat Perempuan Independen Kulonprogo

Awalnya pasar rakyat itu hanya berdiri dari 4 kios yang dibiayai program PNPM Peduli, setelah berdiri, diskusi kembali dilakukan bersama warga, banyak yang ingin membuat kios disana. Sekarang ada 15 kios. Akhirnya, secara swadaya masyarakat membuat kios. Ada tiga tahapan pembuatan pasar, 4 kios bantuan PNPM Peduli, 10 Kios dengan Serikat Tani dan SPI KP. Yang dijual di pasar antara lain produksi/hasil panen, alat produksi (saprodi), sembako, makanan olahan, pakaian, barang pecah-belah, oleh-oleh khas Suroloyo.

Setelah berjalan beberapa bulan Serikat Tani dan SPI KP merasa bahwa mereka akan sulit memasarkan hasil tani mereka yang melimpah, sehingga mulai berpikir cara untuk melayani konsumen lebih banyak, dilihat dari pasar masih ada peluang, dilihat dari hasil produksi pertanian masih surplus., sehingga skala ekonomi masih bisa ditambah. Maka dipilihlah bentuk koperasi untuk menjual hasil tani dan memperluas skala usaha. Nama koperasi dipilih Koperasi Serba Usaha Hapsari Kulonprogo.

Koperasi yang lahir dari Serikat Perempuan Kulonprogo ini berawal dari kegiatan anggota di antaranya membuat roti, krupuk, gula merah. Hasil pertanian seperti kopi, teh, yang melimpah ingin dikelola oleh anggota, karena salah satu anggota kbetulan ada yang berfungsi sebagai pengepul hasi pertanian di pasar rakyat Keceme.

Saat ini akte notaris sudah jadi dan tinggal menunggu pengesahan dari Dinas Koperasi. Keuntungan menjadi anggota koperasi adalah bisa meminjam uang untuk produksi, jaminan pembelian sesuai dengan harga pasar, dapat membeli hasil produksi lebih murah.

Kami juga mencoba mempertahankan mutu barang dagangan yang dijual, karena untuk menjaga harga stabil mutu produk perlu dijaga. Namun ini juga mendapat tantangan dari pesaing lain, seperti pengepul lain yang lebih gesit datang langsung ke patani untuk membeli hasil panen, kita ditantang untuk bekerja lebih gesit juga. Karena dari kekuatan organisasi anggota SPI KP ada sekitar 150-an.

Ke depan koperasi ingin memiliki outlet atau jaringan toko. Sehingga kita bisa ikut andil menguasai pasar, bukan hanya orang lain yang menguasai pasar. Karena sekarang di desa pasar dikuasai oleh orang lain, mematikan bisnis kelontong masyarakat, seperti Alpa Mart dan Indomart itu, kami ingin memiliki koperasi yang bisa memiliki jaringan seperti mereka. (Rundiyah, kepala KSU Hapsari Kulonprogo)

Kawan-kawan di SPI KP ternyata masih terus memiliki kebutuhan, setelah koperasi terbentuk maka ada kebutuhan selanjutnya adalah yaitu bagaimana mengemas produk,   mempromosikan produk, dan memasarkan produk tersebut. Akhirnya dibentuk apa yang disebut 'trading house' yang menurut SPI KP adalah yang khusus untuk promosi dan pendistribusian produk koperasi. Trading house melakuan pemasaran melalui jejaring sosial- dengan Facebook, mulut ke mulut, pameran industri kecil, jaringan anggota kami sendiri, seluruh serikat yang tergabung dalam Hapsari wajib membeli koperasi Hapsari ini, untuk dikembangkan di serikat masing-masing.

Untuk membiayai seluruh kegiatan di 'trading house'  Hapsari dengan konsep gerakannya merekrut para mahasiswa, anak-anak dari anggota Serikat Perempuan yang tergabung dalam Hapsari yang dibiayai kuliahnya oleh Hapsari. Mereka selain diajarkan untuk mengenal dunia sosial juga dikenalkan dengan dunia pekerjaan, bagaimana bertanggung jawab atas pekerjaan, membagi waktu, tanpa melupakan dunia sosial mereka. Beasiswa yang mereka dapatkan adalah beasiswa agribisnis, dengan beasiswa ini diharapkan mereka akan pulang dan mengelola sumberdaya alam dan lahan di daerahnya masing-masing. Selama kuliah di Jogjakarta, mereka sudah dilibatkan dengan kegiatan gerakan menemani masyarakat. Termasuk mengenal pemerintah,  ada program bersama yang dilakukan oleh SPI KP untuk  audiensi ke dinas-dinas dan menanyakan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) mereka. Berkenalan dengan pemerintah menjadi penting bagi anggota Hapsari sebab Hapsari menginginkan agar anggota mereka memahami bahwa sebagai warga negara yang baik mereka harus terlibat dengan 'pemerintah', ikut bisa memberikan masukan dan kritik kepada pemerintah dalam membuat kebijakan, hak-hak politik seperti inilah yang ingn dikenalkan Hapsari, bukan sekadar keikutsertaan dalam politik elektoral.

Di kalangan individu perubahan yang nampak adalah pertama, keterbukaan pikiran, semula mereka tidak merasa dipinggirkan, misalnya selama ini mereka kesulitan ke pasar, tapi ada lahan-lahan milik pemerintah yang tidak terbangun, mereka mau meminta itu kepada pemerintah, dan bukan hanya meminta tapi juga menentukan di mana lahan yang dimaksud. Kedua, mereka menjadi aktif, jika ada yang memiliki inisiatif-mereka akan mewujudkan sendiri mimpinya, mereka termotivasi oleh keberhasilan.

Perubahan dalam kelompok adalah mereka sebagai kelompok tidak merasa rendah diri, karena sudah dikenal dan dipandang oleh pemerintah. Dan kelompok memiliki akses terhadap program pemerintah (Ari P, koordinator program PNPM Peduli)

Yang telungkup

Bagi petani di perbukitan Suroloyo, memiliki lahan adalah hal yang penting. Kondisi Suroloyo yang sejuk di atas ketinggian 1.000 meter ternyata terselip perkebunan kopi Arabica milik rakyat. Ada sekitar 1000 pohon kopi, dan mungkin tidak bisa bertambah karena sempitnya lahan. Selama ini kekurangan dari produksi kopi adalah petani tidak mengerti perawatan pohon kopi yang baik, kedua pemetikan masih sembarangan, ketiga pemetikan tidak selektif, bukan hanya yang merah matang, tapi juga yang masih hijau. Keempat proses pengolahan yang baik belum dikuasai oleh petani. Kelima, perkebunan kopi tidak tertata rapih, tidak ada demplot.

Untuk membuat demplot kami mencoba bernegosiasi dengan perkebunan teh swasta untuk memberikan sebagian lahannya. Hasilnya kami mendapatkan hak atas tanah dan disertifikasi BPN. Cara-cara kompromi yang kami lakukan memang butuh waktu, tapi efektif juga jika kita mendatangi orang dengan senyum. Dari tanah yang ada kami mencoba mengembangakan demplot.

Sekarang petani kopi sudah mengetahui perbedaan robusta dan arabica, karena keduanya ada di perkebunan dan sebelumnya petani tidak peduli, hasil kopi dikumpulkan dan dijual, sebagian lagi dikonsumsi sendiri. Sekarang hasil produksi  kopi sangat terbatas, namun dengan harga dan kualitas yang tidak kalah dengan kopi Arabica lainnya. Kami memberikan nama kopi ini sebagai Java Suroloyo.

Pengembangan usaha juga dilakukan oleh Ibu Eka (almh) dengan pembuatan roti berbahan dasar bukan terigu (yang merupakan produk impor). Sebagai sebuah usaha untuk menciptakan usaha yang berbahan baku lokal. Usaha ini juga menjadi simbol keswadayaan bagi Hapsari dan SPI Kulonprogo.

Ibu-ibu di sekitar pasar rakyat Keceme dan masyarakat yang tergabung dalam SerTani yang memiliki usaha penginapan dan ruang konferensi bekerjasama untuk katering pada setiap pelatihan. Memberdayakan semua aset yang ada, baik sumberdaya manusia, sumberdaya pengetahuan, dan sumberdaya alam menjadikan aset berkembang lebih banyak ke dalam desa. Uang yang berputar juga lebih banyak dinikmati oleh masyarakat desa, konsep ini memperkaya pengalaman Hapsari dalam mempraktekkan konsep keberlajutan penghidupan.

Sukses dengan menegosiasikan dua buah lahan, satu milik perkebunan swasta yang dijadikan demplot kopi, dan satu lagi untuk pasar rakyat, memperlihatkan betapa sebuah program pemerintah dapat begitu berkuasa, dan kuasa inilah yang menurut Ibu Leli sebagai keuntungan sesungguhnya dari PNPM Peduli. Apa yang dimiliki oleh PNPM Peduli adalah simbol negara yang langsung berdampak pada wacana yang berlangsung dalam politik lokal di Kulonprogo. Artinya, dengan program PNPM Peduli mereka dapat bermuka-muka dengan pemangku kepentingan lain, perusahaan dan pemerintah untuk membuat program bagi kaum marjinal, dan membuat program yang memiliki syarat-syarat keberlanjutan sosial, ekonomi dan lingkungan.

Teater dan Punakawan

Satu hal yang menarik untuk dilihat dalam hal pengorganisasi dan dijadikan metode oleh Hapsari adalah penggunaan metode teater. Mengambil suasana di Puncak Suroloyo yang bagi sebagian orang dipercaya sebagai tempat Btara Guru, masyarakat didorong Hapsari untuk melakukan ekspos program PNPM Peduli yang baru berjalan beberapa bulan. Maksud dari ekspos adalah memperlihatkan pada pemerintah bahwa program-program pembangunan dapat memiliki akselerasi, sekaligus mengenalkan kelompok masyarakat yang sudah terbentuk seperti Serikat Petani (SerTani) Kulonprogo, Serikat Perempuan Independen Kulonprogoro, dan Paguyuban Budaya Suroloyo.

Pilihan karakter punakwan menjadi titik masuk 'rakyat kecil' ketika berhadapan dengan pejabat karena punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritikus sosial, bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk.  Dalam wayang Bali karakter punakawan terdiri atas Malen dan Merdah (abdi dari Pandawa) dan Delem dan Sangut (abdi dari Kurawa). Dengan memerankan punakawan sebenarnya pejabat yang hadir sedang dinasehati, dikritisi dan ternyata berhasil, pendekatan kultural yang dilakukan menghibur semua orang. Dan pemerintah langsung membuat perencanaan kawasan pariwisata Suroloyo, jalan-jalan dibangun untuk memudahkan akses pengunjung.

Ujicoba ini memang berhasil karena selama ini pemerintah (baca: kepala daerah) menjadi jauh dengan rakyatnya, bahkan  tidak mengetahui program apa saja yang sedang berjalan di sebuah daerah, aksi teater yang dilakukan dalam ekspos program PNPM Peduli menjadi kejutan bagi mereka yang duduk dalam pemerintahan. Dengan metode teater saat eskpos program masyarakat diberikan kesempatan untuk mentertawai diri mereka sambil 'menuturi' pejabat.

Isu yang saling berkaitan

Akses layanan hak dasar

Pengalaman terbaik Hapsari dalam memperoleh hak-hak dasar adalah dengan mengorganisasikan kelompok perempuan dan menjadikan diri mereka sebagai bagian dari kelompok. Dengan demikian kepercayaan antara anggota menjadi berkembang, karena ada kesetaraan dalam melihat masalah. Dimulai dari prinsip ini maka tuntutan untuk mendapatkan hak-hak dasar seperti akses pasar menjadi keasadarn kolektif kelompok, bukan hanya target program.

Layanan pemerintah lain yang ingin diakses oleh Hapsari dan  SPI Kulonprogo adalah Pemberian Izin Usaha RumahTangga (PIRT) yang mengeluarkan kelompok marjinal lewat prosedur administrasi dan praktek pendampingan yang seharusnya menjadi tanggungjawab pemerintah daerah untuk memajukan usaha masyarakat. Salah satu syarat (prosedur) yang ingin dinegosiasikan adalah luas dapur dan perlengkapan wastafel serta lantai keramik yang sulit diadakan oleh usaha di kelompok miskin. Dengan adanya syarat tersebut tanpa prasyarat pendampingan dan bantuan dari pemerintah maka produk-produk dari kelompok miskin akan sulit mendapatkan legalisasi lainnya seperti pemberian modal atau syarat kesehatan.

Pengalaman lain yang dipraktekkan oleh Hapsari adalah melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan di desa. Perempuan di desa dijadikan kader-kader perubahan bukan sekadar terampil dalam membuat usaha, namun juga terampil dalam berorganisasi, sehingga dalam rapat-rapat mereka mampu membuat aganda rapat (apa yang harus diputuskan dalam rapat/musyawarah desa), melakukan manajemen isu untuk membawa kepentingan kelompok perempuan dalam musyawarah pembangunan.

Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas dalam bentuk pengetahuan dilakukan dengan berbagai macam cara, selain membawa narsumber ke kelompok di desa, mereka juga mendatangi narasumber di kampus, seperti Universitas Gajah Mada atau di kantor-kantor pemerintah seperti Dinas Koperasi atau kecamatan. Dengan demikian kelompok perempuan yang sedang belajar berorganisasi tidak sungkan untuk datang dan menanyakan berbagai program, karena sudah dikenalkan dengan prosedur dan tata kerja pemerintah. Hapsari menganggap cara-cara mendapatkan akses terhadap informasi dan kegiatan pembangunan dapat diperoleh dari berbagai macam strategi, dan pilihan dalam keadaan sekarang tidak melulu konfrontatif. Kapasitas negosiasi semacam ini dikenalkan kepada kelompok perempuan sebagai alat untuk mengkomunikasikan kepentingan mereka.

Kapasitas lain adalah pengetahuan untuk keterampilan hidup yang berkelanjutan. Berbagai keterampilan seperti membatik, membuat gula merah, membuat roti dan kue, mengelola katering dan penginapan, mengelola produksi kopi menjadi andalan Hapsari untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga di kelompok perempuan. Dasar pengorganisasian tetap sebagai landasan untuk menjaga agar usaha kelompok atau perseorangan menjadi berkelanjutan.

Widhyanto Muttaqien Ahmad, peneliti lepas, bergiat di Akademi Sinau, Jakarta

Pasar ini terletak di dusun Keceme, desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, kecamatan ini sejak dulu menjadi daerah pariwisata, terutama ziarah ke Puncak Suroloyo, yang dimitoskan sebagai Kahayangan tempat Btara Guru, namun belum berkembang pesat.

Ibu Leli selalu membedakan Hapasari dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, yang dilakukan oleh Hapsari adalah merekrut anggota, bukan sekadar mendampingi kelompok yang dianggap marjinal, sebagai anggota Hapsari artinya mereka tunduk dengan aturan main Hapsari, sebaliknya seluruh anggota Hapsari memiliki kewajiban untuk membantu sesama anggota-tidak disebut sebagai kelompok dampingan.

Secara sederhana pembedaan LSM dengan Ormas dapat dilihat dari sebaran basis keanggotaan, struktur dan mekanisme pengambilan keputusan, cara atau langgam kerja. LSM tidak mengenal basis keanggotaan secara administratif territorial, lebih cenderung memilih kelompok dampingan secara acak non hirarkial, pendekatannya programatik, tidak memerlukan legalitas formal bahkan cenderung anti negara, pendanaan tergantung donor. Sementara Ormas kebalikannya, basis keanggotaan tersebar berdasarkan administrative territorial dan cenderung hirarkial, pendekatan selain programatik juga organisasional, legalitas formal merupakan persyaratan, bersedia mengikuti aturan main negara, pendanaan bersumber dari anggota dan dana publik (diunduh dari http://hapsarisumut.wordpress.com/2011/08/02/lokakarya-evaluasi-sistim-kaderisasi-hapsari-2/ tanggal 22 November 2012)

Salah satu konsep pengkaderan yang menarik, yang dilakukan oleh Hapsari adalah menyekolahkan anak-anak mereka dengan memberikan beasiswa, dan melibatkan mereka dalam gerakan. Dengan demikian Hapsari telah membangun kader dari keluarga anggota gerakan. Mereka sebagai kader memahami apa yang dilakukan oleh ibu/bapak mereka, mengapa harus bergerak dan turut campur untuk mengubah keadaan.

Meninggal karena kecelakaan lalu lintas ketika tulisan ini dibuat, November 2012

[i] Tulisan ini adalah serpihan remah pengalaman penulis ketika bertandang ke desa Suroloyo, dusun Keceme, Kulonprogo, dalam rangka menuliskan pengalaman dan teladan (best practice) dalam kegiatan PNPM Peduli. Tulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan kondisi program PNPM Peduli secara keseluruhan. Penulis berterimakasih dan terinspirasi kepada para pihak, terutama organisator lapang yang telah 'berani' melakukan tugas lapang mereka, sebagai perempuan, sebagai orang alit, sebagai ibu, sebagai pekerja tani, sebagai manusia yang menginginkan kebebasan- bebas dari rasa takut, bebas dari mendendam, bebas dari kemiskinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun