Mohon tunggu...
Endang Kusmaryani
Endang Kusmaryani Mohon Tunggu... -

mencintai alfabet

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I Love Green

24 Agustus 2012   15:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:22 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hijau..
Entah sejak kapan saya mencintai warna hijau. Dulu seingat saya, saya hanya mencintai warna hijau dalam sebatas suka saja. Ibu saya lebih mencintai warna hijau mulai dari kramik dinding di rumah, pagar rumah, terakhir adalah kamar saya yang tiba-tiba di cat warna hijau. Ditambah pot tanaman hias imitasi yang ditaruh dikamar. “biar adem” kata beliau. Cukup beralasan ibu saya berkata seperti itu. Mengingat dulu mungkin sampai saat ini saya adalah seorang yang tempramental, penyendiri saat marah. Dan dengan sekejap kamar bisa saya buat seperti kapal pecah. Ibu saya yang selalu membereskannya,menyapu,mengepel sisa-sisa amukkan saya. Ibu saya terlampau sabar dan mencintai saya
Kembali ke pertanyaan “sejak kapan saya mencintai warna hijau?”. Mungkin sejak saya mengenal dia. “kata eyang saya, hijau itu bikin adem” katanya suatu hari di bbm secara tiba-tiba mengomentarin status bbm saya “i love green. Hijau itu bikin adem”. “i love green and jasmine”
Katanya lagi.
Saya mengenal dia secara tidak sengaja, bertemu karena keadaan masa lalu yang sedikit sama. Dia perempuan hebat, perempuan kuat. Sandaran keluarganya sebagai anak sulung. Semakin mengenal dia saya semakin percaya kalau hidup itu bukan hanya untuk dipikirkan tanpa mencari jalan keluarnya. “udah jangan terlalu dipikirin, entar keriput lhoo. Kalau dipikirin mulu tapi gak cari jalan keluarnya sama aja nihil” katanya sewaktu saya lagi ada masalah keluarga. Sampai saat ini saya mengenal dia, dia masih sama di mata saya : Perempuan KUAT. Tapi namanya juga manusia pasti ada kekurangannya, dia adalah perempuan cantik yang menyembunyikan kecantikkannya dalam sorot matanya yang angkuh, terkesan judes, pemarah dan susah memaafkan kalau ada yang menyakiti hatinya. “saya bisa aja maafin dia sekarang juga, tapi nanti saya ngomongin lagi dibelakang. Karena saya belum ikhlas, saya gak mau jadi orang munafik. Biar seiring waktu berjalan aja proses memaafkan itu terjadi”. Ujarnya ketika ada seseorang yang menyakitinya. Dia adalah perempuan yang senang menyembunyikan tangisannya. apalagi dihadapan ibu nya. Suatu hari pernah diperjalanan pulang bareng anak-anak lain entah ada masalah apa, tiba-tiba dia nangis. Saya tahu dia ingin teriak atau menangis bersuara. Tapi tidak dia lakukan, hanya air mata yang terus keluar. Saya hanya dapat melihatnya dengan pilu dan sesekali mengusap pundaknya semoga bisa sedikit membuatnya tenang. Hey kamu, tahu nggak kalau kamu nangis itu jelek apalagi kalau masih full makeup..:).
Banyak yang melihat dia sebagai sosok yang menyebalkan, banyak yang menghujatnya. Tapi tidak di mata saya. Sampai detik ini, dia masih perempuan yang sama di mata saya. Perempuan kuat penyuka warna hijau yang menyembunyikan kesedihannnya dalam garisan kuas lukisan yang dia buat.

Mungkin karena dia saya mencintai warna hijau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun