Mohon tunggu...
Endang Kusmaryani
Endang Kusmaryani Mohon Tunggu... -

mencintai alfabet

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berhenti Berharap

23 Oktober 2012   03:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:30 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terlanjur jatuh cinta, meski tahu ini terlarang.. sudah cukup lama aku disini jalani kisah yang tak jelas. Hatiku berkata tak mampu untuk mengalah. Keegoisanku menginginkan untuk diakui, tapi itu tak mungkin. Sampai kapan aku bergantung padamu?

aku tahu kamu mllik lelakimu, beribu malam kamu lewati dengannya. Hari ini aku berpikir untuk mengalah, menerima keadaanlah yang berkuasa. Ketika aku merindukanmu, kamu bersama lelakimu. Disaat aku menunggu-nunggu dirimu, akupun tahu ternyata kamu memulai kisah baru bersama Dia. Kamu kebanggaanku, kalau kamu sayang aku kenapa sekarang kamu selalu memikirkan Dia saat aku bersamamu?. Saat kamu bersama lelakimu atau saat kamu bersama Dia, Aku memilih untuk diam merenung dalam sepiku. Saat yang lain menertawakan cintaku yang tak pernah berujung aku memilih untuk tak peduli karena ini adalah hidupku. Tetapi Kali ini aku berhenti untuk berharap. Dia dan lelakimu telah membunuh keegoisanku untuk dimengerti. Aku memilih untuk mengalah dengan keadaan ini..

Aku yang selama ini memilih untuk bertahan. Hampir satu tahun aku memilih untuk bertahan walau kamu telah bersama lelakimu. Tetapi disaat aku mulai tertatih untuk tetap bertahan kamu memulai kisah baru bersama Dia. Kini dalam renunganku aku harus mulai belajar melewati hari tanpa kamu, walau hati berkata tak sanggup. Aku sadari sedari awal mengenalmu aku melangkah terlalu dalam, dari awal aku sadar ini terlarang. Tak mungkin aku perjuangkan cinta yang dimulai dengan salah. Aku tak mampu untuk menyimpan rahasia hati, saat harus selalu berbohong didalam kisah yang tersmbunyi. Itu menyiksa.

Satu tahun kamu seperti doa untukku, dalam setiap langkahku namamu ku sebut. Berulang-ulang aku terjatuh dalam keraguan dan senyummu kembali seakan meyakinkanku kamupun sayang aku. Tapi kali ini berbeda senyummu seolah hilang saat kamu menceritakan kisahmu bersama Dia. Apakah kamu tak pernah menyadari itu? atau memang aku yang terlalu berharap?

Kini aku akan coba melawan waktu untuk melupakan kamu. Kamu akan tetap menjadi kekasih yang tersimpan, walau hanya aku sendiri yang merasakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun