Mohon tunggu...
Ken Adi Irwansyah
Ken Adi Irwansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang -

Aku Ken Adi Irwansyah masih Mahasiswa di salah satu universitas negeri di Malang.\r\nPunya cita-cita pengen jadi blogger yang menginspirasi bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sensasi dalam Buaian Al-Quran

1 Oktober 2014   22:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:45 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai seorang muslim tentu kita mengenal Al quran. Yaps, al quran adalah kitab suci agama islam. Kita sebagai umat islam juga percaya bahwa Al quran merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril.

Tentu kita umat muslim sering membaca Al quran, entah itu setiap hari, setiap minggu atau bahkan hanya dalam momen-momen tertentu saja semisal bulan ramadhan. Membaca Alquran menurut orang-orang tertentu memiliki sensasi tersendiri, misalnya ketika sseseorang membaca dengan cepat maka sensasi yang ditimbulkanpun hanya sensasi biasa, tetapi bagaiaman jika seseorang emmbaca Al quran dengan tilawah, dengan tartil dan dengan suara yang merdu? Tentu sensasi yang dihasilkanpun berbeda. Ada rasa merinding, ingin menangis dan sebagainya, inilah dampak dari sensasi yang ditimbulkan ketika kita membaca Alquran, terlebih lagi jika kita membaca dan mengerti makna apa yang kita baca.

Nah, karena berkaitan dengan sensasi, alangkah baiknya jika kita mengetahui dulu apa itu sensasi. Sensasi (sensation) berasal dari kata latin “sensatus” yang ebrarti di anugrahi dengan indera atau intelek. Secara lebih luas sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indera kita. Sebuah sensasi dipandang sebagai sebuah kandungan atau objek kesadaran puncak yang orivat dan spontan.

Benyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994) menyebut sensasi sebagai “pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, sinbolis, atu konseptual, dan terutama ssekali berhubungan dengan kegiatan alat indera”.

Sensasi sering dibedakan dari eprsepsi yang melibatkan penilaian, inferensi, interpretasi, bias, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa salah; sensasi dipandang sebagai pasif, ditentukan secara mendasar, fakta kasar. Menurut beberapa pendapat sensasi lebih ebrkonotasi pada sebuah hubungan dengan perasaan (tetapi bukan dengan emosi) sedangkan persepsi lebih ebrhubungan dengan kognisi. Sensasi sering digunakan dalam sinonim dengan kesan indrawi, sensasi datum,s ensum, dan sensibilitum.

Jadi proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan, “sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indera,s edangkan persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada di dalam otak” (Mhmud, 1990:41).

Kembali ke persoalan sensasi dalam membaca Alquran, sebagaimana disebutkan diatas bahwa selain dalam hal membaca, sensai yang ditmbulkan dalam membaca Alquran adalah menegnai konteks isinya, coba deh sahabat sering membaca kita akan menjumpai para Nabi di dalamnya, dari Nabi Adam, Luth, Idris, Nuh, Shalih, Imrah, bahkan kita sangat sering membaca tentang Muhammad SAW didalamnya. Seakan-akan kita berada di zaman atau dimasa kehidupan para Nabi yang disebutkan.

Hebatnya lagi, dalam Alquran memiliki sensasi luhur didalamnya, kita benar-benar diajak berfikir akan keberadaan Allah, Malaikat, Surga dan Neraka. Seluruh penciptaan langit dan bumi pun tak luput dari seruan Alquran, ini semua menuntun sanubari kita agar emnggapai puncak-puncak keyakinan, sehingga kita mampu menjadi pribadi yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri atau dalam tasawwuf disebut sebagai ma’rifat.

Sebenarnya, ketika membaca Alquran yang agung ini, alam bawah sadar kita seperti lepas dari ruh, sehingga menjaid khusyuk dalam membacanya. Dalam kenyataannya memang hanya terlihat mulut yang membaca, tetapi sebenarnya ketika kita membaca Alquran seluruh anggota jasmani atapun rohani kita turut membaca. Mereka merinding jika di bacakan ayat-ayat Alquran, tetapi karena sifat kesombongan, kita lalai dan meninggalkan Alquran.

Ada fakta yang menarik yang saya sering temukan, banyak diantara kita sebagai umat muslim membeli Alquran yang bagus hanya untuk dijadikan sebagai pajangan, bahkan ada yang menaruh Alquran disembarang tempat sampai Alquran itu penuh dengan debu. Kalau saja kita tahu kenikmatan yang ada dalam Al quran, mereka pasti akan tenggelam dalam kehidupan yang didunia itu tak pernah kita rasakan.

Syekh Al-Habib Ali Al Jufri pernah berkata: Ketika kita membaca Alquran maka ketahuilah sesungguhnya kita sedang berrdialog dengan Allah SWT.

So guys, dengan begitu luar biasanya sensasi yang dihasilkan dalam membaca Alquran apasalahnya jika kita sering-sering membaca Alquran daripada kita menghabiskan waktu hanya untuk membaca komik dan sesuatu yg lain yang tidak begitu memiliki manfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun