Sejarah mencatat ,pola-pola pembangunan sentralistis secara sistematis mampu mematikan inisiatif dan institusi masyarakat ( lokal )yang ada.Hal ini ditandai dengan di berlakukanya penyeragaman bentuk institusi dari atas ke bawah,dari pusat ke daerah.Berbagai institusi yang berbeda degan yang di berlakukan ,meski memiliki basis kuat di tingkat masyarakat akar rumput,tidak mendapat pengakuan secara legal formal.Demikian pula halnya segala bentuk aliansi atau jaringan ( networking ) kersaja sama antara institusi masyarakat akar rumput tersebut. Dominasi terpusat dari pihak luar atas segala aspek kehidupan masyarakat demikian kuatnya sehingga memperlemah kedudukan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan .Berbagai institusi yang di maksudkan sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan suatu peroyek pembangunan,pada kenyataanya lebih mengutamakan kepentingan pemilik atau pelaksana peroyek,tampa memiliki tanggung jawab moral yang kuat terhadap kepentingan masyarakat miskin itu sendiri.singkatnya,institusi bentukan tersebut baru sebatas organ peroyek , dan belum mewujud menjadi institusi yang benar - benar menjadi tumpuan aspirasi,inisiatif,maupun kontrol masayrakat terhadap masalah kemiskinan dan pembangunan di wilayahnya. Masyarkat akhirnya benar-benar menjadi objek dan bukan lagi pelaku utama serta pemilik kedaulatan,melainkan hanya di jadikan pengikut dari golongan atau elit-elit tertentu yang bertingkah laku sebagai pemilik kedaulatan,perpecahan masyarakat dalam golongan -golongan semakin tajam,seiring semakin memudarnya perekat kehidupan masyarakat dalam bentuk tatanan nilai luhur setempat, baik yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan maupun nilai -nilai kemasyarakatan. Pudarnya perekat berupa tatanan nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyrakatan tersebut yang pada akhirnya menumbuhkan kondisi lemahnya atau ketidakberdayaan posisi masyarakat ,lunturnya solidaritas dan kesatuan sosial yang menyebabkan pengkotak - kotakan masyarakat untuk kepentingan golongan atau elit-elit tertentu saja.serta hilangnya kedaulatan rakyat secara nyata.maka tidak mengherankan kalau kemiskinan meraja lela disebabkan terjadinya konsenterasi kekuasaan dan sumber daya elit-elit tertentu saja.situasi ini diperburuk dengan terjadinya kerisis berkepanjangan yang melanda indonesia ,yang tidak sajah menambah jumlah penduduk miskin ,yang akhirnya meninkatkan kerawanan sosial dan mempercepat peroses fragmentasi masyarakat. Dalam situasi seperti ini ini , maka kehadiran masyarakat warga (civil society ) menjadi tidak saja penting, tetapi sangat urgen sebagai suatu tatanan baru hidup bermasyarakat,dimana masyrakat berhimpun atas perakarsa sendiri,bekerja sama dan secara damai berupaya memenuhi kebutuhan atau kepentingan bersama, dengan tetap menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap mempertahankan kemerdekaannya ( otonomi ) terhadap institusi pemerintah,politik,meliter,agama,usaha/pekerjaan dan keluarga.Tatanan baru hidup bermasyarakat tersebut tumbuh berkembang kembali berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan. Sejak masa reformasi di mulai ,banyak upaya dari berbagai pihak untuk memulihkan kembali kedudukan dan peran masyarakat dalam tatanan berbansa dan bernegara serta menciptakan kepemerintahan yang baik (good governance ) upaya -upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun masyrakat warga (civil society ) sebagai jawaban atas lemahnya atau ketidak berdayaan posisi masyarakat,lunturnya solidaritas dan kesatuan, serta hilangnya kedaulatan rakyat secara nyata dalam pembangunan bangsa dan negara. Untuk mengemudikan himpunan warga tersebut agar mencapai tujuan yang di harapkan dan tetap mempertahankan keberadaanya sebagai himpunan masyarakat warga yang otonom,maka di perluka pemimpin,Agar kepemimpinen yang otoriter dan sekaligus juga mampu menjadi suri tauladan bagaimana praksis bekerja sebagai kelompok (tim ) maka dipililah pola kepemimpinan kolektif yang secara generik di sebut BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat )jadi tampa BKM jelas warga ini akan kehilangan kemudi. Kemiskinan semakin menjadi,karena lunturnya nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki; Yaitu lunturnya: keadilan-kejujuran-keikhlasan-kepercayaan-dan kepedulian kita sebagai insan manusia sejati Peradikma-peradikma 1 masyrakat memiliki banyak tambang-tambang sumber daya dan orang-orang berkualitas yang jujur serta dapat dipercaya.menggali dan membuka peluan munculnya orang2 yang jujur serta dapat dipercaya akan lebih menjamin kemajuan masyrakat. 2 tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.masyrakat yang mandiri serta bersifat pemberi adalah lebih baik daripada masyarakat yang senantiyasa meminta dan memiliki mental tergantung pada pihak luar. 3 kemiskinan dapat di tanggulangi melalui upaya atau ikhtiar yang sunggu2 serta kerja sama dari semua pihak 4 pengambilan keputusan dalam pelaksanaan perogram di tingkat masyarakat melaluli "voting"hanya baik dilakukan apabila tercapai kesamaan pemahaman mengenai persoalan yang di hadapi,keputusan melalui musyawarah mufakat yang di landasi kesadaran keritis adalah tingkat demokrasi yang terluhur....! 5 jujur,dapat dipercaya,adil,dan bertanggung jawab adalah nilai2 luhur kemanusiaan yang akan menuntun pada kemajuan. 6 siapakah yang membangun? Jawabnya hanya satu: "orang2 yang peduli"siapapun dia,dari agama manapun dia,berasal dari penjuru manapun dia,laki2 atau perempuan,tua-muda atau anak-anak ,berpendidikan tinggi atau tidak ,dan lainya. 7 solidaritas harus di bangun diatas nilai2 kemanusiaan yg universal (jujur,dapat dipercaya,adil,dan lainya ) sehingga kebenaran tidak akan terkalahkan 8 yakinlah bahwa musuh bersama kemiskinan adalan "sifat2 buruk kemanusiaa"nya ,bukan organisasi atau lembaga.karena itu suburkanlah nilai2 baik kemanusiaan didalam diri dan lingkungan sekitar kita. 9 bersikap adil adalah : memperlakukan orang lain seperti dirisendiri ingin diperlakukan oleh orang lain. posting ini terinsfirasi dari tulisan yang diberi judul gizi buruk
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI