Mohon tunggu...
tenri aga
tenri aga Mohon Tunggu... -

aku senantiasa belajar untuk bisa memahami dan memaknai segala persolan hidup yg terjadi.dan aku adalah aku yg mungkin bukan apa2 bagi org lain

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kehilanganmu

28 Juni 2010   17:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:13 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

udara masih sajah terasa dingin padahal sudah pukul 7 pagi.kabut masih nampak melayang tipis diantara ranting- ranting pohong dan dedaunan,diantara punggung - punggung bukit, kicau burung  bersahutan,gemercik air di pancuran,nyanyian alam sepanjang musim,begitu indah begitu merdu,begitu damai.aktifitas kehidupan dunia akan dilakoni kembali setelah terbangung dari mimpi mimpi semalam.di lereng bukit itu ,berdiri sebuah gubuk sederhanah,berdingding kayu beratap daun nipa.jika malam tibah gubuk itu hanya di terangi pelita. ***bu..padi diladang telah menguning,namun ayah kurang sehat hingga tidak bisah berangkat,ke ladang untuk menjaga padi kita dari burung-burung pemakan padi.kata sang suami kepada sang isteri yang di sayanginya. ayah... isterahat sajah duluh dirumah,munkin ayah butuh isterahat yang cukup ,ayah terlalu memaksakan diri untuk bekerja hingga ayah jatuh sakit,jawab sang istri kepada sang suami yang sangat di cintainya.biar ibu yang gantikan ayah  ke ladang untuk sementara.setelah segalah kebutuhan sang suami telah di persiapkan,diciumlah punggung tangan suaminya yang mulai keriput sebagai tanda pamit menuju  ladang. parang dan pacul beserta nasi dalam rantang tak lupah dibawanya untuk bekal selama sehari di kebun.ada riak kesedihan terpancar dari wajah sang suami,hati kecilnya tak pernah tegah membiarkan wanita yang sangat di cintainya bekerja selayaknya se orang lelaki,dalam hatinya dia ber do,a ;tuhan berilah aku kesehatan,berilah perlindungan pada istri yang aku sayangi.lindungilah dia dan cintailah dia melebihi perlindungan dan kecintaan yang telah aku berikan padanya. ***senjah telah mendesau dibalik cakrawala,pertanda malam segera tiba.namun sang istri tercinta belum juga nampak di pelupuk mata,ada kecemasan,ada kegelisahan dalam hati lelaki paruh baya itu,ada apa gerangan pekik hatinya yang risau. di dedepan pintu rumah gubuk itu, sang suami duduk se oarang diri pandanganya tertuju kearah jalan yang sering dilalaui kekebun di balik bukit,sejurus waktu kemudian muncullah sosok perempua separuh baya dari balik keremangan malam.ada rasah legah dihatinya,tuhan terimah kasih tuhan enkau telah kembalikan orang yang aku sayangi ke padaku,puji syukur atas segalah rahmatmu tuhan,do,a sang suami dalam hati.disambutnya sang istri dengan penuh rasa suka cita,dibasuhnya kaki istrinya dengan penuh rasa kasih sayang.dan di raihnya tangan keriput itu,di gandeng ke atas rumah. *** wajah perempuan separuh baya itu  nampak maluh tersipuh dihadapan suaminya,ayah...perasaan letih,hilang seketika,yang ada hanya perasaan bahagia dalam hatinya. ibu isterahat sajah dulu biar ayah yang ambilkan makan,kata sang suami pada isterinya.tidak ayah, ayahkan masih sakit,biar ibu sendiri yang ambil.namun sang suami tetap beranjak kedapur ,tak lama kemudian hidangan malam dengan alahkadarnya telah siap saji.dan merekapun nikmati dengan lahap.di dalam ruangan yang hanya di  terangi lampu pelita dengan bahan bakar minyak tanah. setelah selesai makan di raihnya tangan isterinya,kemudian di ciumya,di usapnya kepalanya.dan sang istripun rebah di pankuan sang suami,ayah... bagaimana yah kehidupan putra putri kita di  kota, apa mereka baik baik saja,semoga demikian bu,kata sang suami pada isterinya. kehidupan putra putri dari sepasang suami istri ini,telah mapan di kota, mereka adalah orang - orang yang sukses dalam usahanya.beberapa kali sang anak mengajak kedua orang tuanya untuk hidup di kota bersamanya,namun kehidupan di desa lebih di pilih oleh sepasang suami isteri ini,mereka ingin menghabiskan sisa sisa hidupnya  berdua di desa. suatu hari di pagi yang cerah..mereka berdua duduk di balai- balai di bawah pohon dekat gubuknya.pisau pemotong kuku telah berada di genggaman sang suami,diraihya tangan isterinya dengan lembutnya kemudian kuku kuku itu dipotongnya dengan  hati- hati,sang isteri hanya menurut dengan muka tersipu maluh,sang isteri berucap ,tak usah biar ibu sendiri yang akan lakukan janganlah ibu di perlakukan seperti ini,ibu merasa berdosa sama ayah. jangan berkata seperti itu bu, kata sang suami,apa yang bisa kulakuan terasa tak pernah cukup untuk membalas semua kebaikan yang telah dilakukan oleh tangan ini,tangan ibu.ucapan rasa terimah kasiku pada tangan ini,tangan yang telah membesarkan putra putriku,tangan yang telah merawatku,dengan segalah sentuhan kasih sayangnya.tidaklah cukup hanya dengan memotong kuku jarimu.setelah kuku itu di potong satu demi satu,rambut isterinyapun disisir. setelah sang isteri di perlakukan dengan manis di tatapnya wajahya  dengan penuh kasih sayang,ada rasa canggung di hati sang isteri ,seolah tatapan itu mengisyaratkan suatu pertanda,yang dia sendiri belum bisa maknai.tak lama kemudian sang suami pamit berangkat kemesjid untuk sohalat jum,at.setelah selesai sohalat jum,at kabar itupun datang kepadanya,bahwa suaminya meninggal dalam sholatnya,di sujud terakhirnya.wajah keriputnya nampak basah oleh air mata,kesedihanya mendalam memenuhi ruang hatinya,hati kecilnya berbisik,ayah..., sungguh aku takut menjalani kehidupan sendiri tampa ayah disisiku,namun aku sadar bahawa kehendak taqdir berlaku pada tiap-tiap mahluk,dan dia ber do,a ..tuhan berilah kesabaran pada hatiku agar ihklas menerima cobaanmu,dan berilah tempat suamiku sebaik tempat disisimu. suatu malam di dalam mimpinya wanita tuwa itu di datangi oleh suaminya ,wajahnya berseri, bercahaya.dia sempat berbicara dengan suaminya.bu.., ikutlah denganku, sesungguhnya pada kediamnku penuh dengan kedamaiyan ,dampingilah aku selamnya bu.wanita tuwa itu hanya berkata; sejujurnya aku sangat ingin menjadi pendampinmu selamanya, andaikan munkin ayah tercipta kembali di kehidupan ini ,aku tetap bersedia jadi isterimu,se jujurnya aku takut menjalani sisa kehidupan ini sendiri tampamu,dan inginku, ikut serta bersamamu,tetapi tuhan belum menghendaki. ini hanya cerita fiksi (cerpen) tenriaga

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun