Akhirnya puncak jenuh itu tiba juga. Hari-hari saya kian terasa penat. Bekerja sebagai teknisi di salah satu perusahaan konsultan IT swasta di Kota Medan menuntut saya untuk siap menerima panggilan client dengan segala permasalahannya tak perduli waktu, siang dan malam.
Meski bekerja dari pagi hingga malam hari, nyatanya penghasilan bulanan yang saya terima dari tempat bekerja tergolong pas-pasan. Apalagi kami baru saja diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjadi orang tua. Kehadiran buah hati yang telah lama kami nantikan itu tentulah diiringi meningkatnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sang bayi.
Alih-alih menabung, cukup untuk sebulan saja sudah bersyukur sekali. Tak jarang saya kasbon di kantor tiap masuk akhir bulan. Kehadiran sang bayi tentu pula menuntut perhatian ekstra, sementara waktu saya setiap hari habis untuk memenuhi tugas-tugas kantor. Isteri di rumah ditinggal sendiri merawat buah hati, kondisi yang acapkali memicu keributan rumah tangga kami.
Kondisi seperti ini tak dapat dibiarkan berlarut-larut. Dalam perbincangan bersama isteri di tengah malam, bersepakatlah kami pada sebuah keputusan yang merubah hidup saya saat ini.
Mulai Berjualan Online
Saya dan isteri bersepakat bahwa keutuhan rumah tangga kami adalah yang utama. Jalan yang harus dipilih ialah saya berhenti bekerja dari perusahaan agar punya waktu lebih banyak bersama keluarga. Bukan pilihan yang mudah, tapi lagi-lagi hidup terkadang memang harus memilih. Dan saya yakini, Tuhan akan selalu bersama orang-orang yang berani.
Untuk terus melanjutkan hidup, kami memilih berjualan online baju bayi dan anak-anak. Tapi masalah tidak berhenti di situ. Saya yang sebelumnya bekerja dengan gaji pas-pasan tak punya cukup modal untuk berdagang. Saya beranikan diri meminjam modal pada orang tua. Tapi orang tua tidak yakin begitu saja, bahkan menyesali keputusan saya resign. Saya terus meyakini orang tua, bulan depan modal pertama kami dari orang tua sebesar Rp10 juta cair juga.
Akhir 2018, saya dan isteri memulai usaha kami, berdua saja. Isteri memasarkan dagangan kami lewat berbagai platform media sosial mulai dari WhatsApp, IG, hingga Live Facebook. Sementara saya bertugas menyortir, mengemas dan mingirim barang dagangan. Ternyata berjualan online tak semudah yang kami bayangkan, apalagi penjual barang dagangan seperti kami juga sudah menjamur di Kota Medan. Saya putar otak, selain membayar iklan barang dagangan kami di media sosial. Saya yang memiliki sedikit kemampuan mendesain dan menulis coba membuat iklan dengan visual dan narasi yang lebih menarik. Tapi masalah baru muncul dari eksternal. Costumer acapkali komplain pada jasa ekspedisi yang sebelumnya kami gunakan; mulai dari keterlambatan hingga packaging yang kurang layak.
Selang tiga bulan, kami memutuskan berpindah jasa layanan ekspedisi. Bagaiman pun hubungan antara pedagang online dan jasa ekspedisi saling terkait erat. Pelayanan ekspedisi yang buruk berdampak pada citra kami yang menurun di mata costumer. Akhirnya kami memilih JNE, nama yang sebetulnya sudah tidak asing lagi, apalagi gerai JNE banyak terdapat di Kota Medan dan mudah dijangkau.
Pilihan kami pada JNE memang tepat. Setelahnya hampir tak ada lagi keluhan costumer terkait keterlambatan pengiriman barang dan packaging. Saya sendiri merasa lebih nyaman berinteraksi dengan kurir JNE. Sepertinya JNE memiliki standar khusus untuk kurirnya, dimana kurir-kurir JNE selama ini saya berinteraksi, menerapkan sikap santun dan ramah pada pelanggan.
Seiring meningkatnya penjualan, di pertengahan 2019 kami mulai memperkerjakan satu orang karyawan sebagai admin untuk membantu isteri saya melayani costumer. Di akhir 2019, penjualan kami semakin ramai, rumah sewa kami lebih mirip gudang. Saya yang selama ini mengurusi pengiriman barang mulai kerepotan. Di saat inilah saya mulai menggunakan layanan JNE Pick up Point (PIPO).