Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serbasalah Malaysia Terkait Hilangnya MH370

18 Maret 2014   20:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:47 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395123734334716723

[caption id="attachment_316061" align="aligncenter" width="300" caption="Perkiraan posisi pesawat MH370 setelah 2 jam terbang dari KL (Sumber gambar: Kompasiana)"][/caption]

Otoritas Malaysia menjadi bulan-bulanan caci-maki masyarakat internasional karena ketidakmampuannya memastikan penyebab hilangnya pesawat jet MH370. Sebagai pemilik maskapai MAS, sudah sepatutnya Malaysia memikul tanggungjawab lebih. Tetapi apa boleh buat, bagaikan memakan buah simalakama, dijawab salah tak dijawab lebih salah lagi. Sesungguhnya pihak Malaysia pun tak tahu persis apa yang menimpa pesawat naas itu. Terakhir, PM Malaysia M. Nadjib menyatakan telah terjadi sabotase oleh seseorang yang lalu menerbangkannya menuju koridor barat, entah ke Diego Garcia atau ke Gurun Kirgistan. Kuat dugaan, pilotnya sendiri adalah pelakunya.

Meskipun prediksi itu tetap ditutup dengan keragu-raguan, masyarakat internasional terbukti tak menafikan kemungkinannya. Karena itu jumlah negara yang terlibat melakukan pencarian terus bertambah, wilayah pencarian pun makin meluas. Hanya ada satu negara yang tetap berkutat pada kemungkinan pertama, yaitu Tim SAR RRC, hingga kini tetap memusatkan pencarian di Perairan Laut China Selatan.

Menurut hemat penulis, pendirian RRC ini merupakan yang terkuat dibandingkan dengan perediksi-prediksi lainnya. Alasannya adalah sebagai berikut:

Pertama, jalur penerbangan sepanjang pesisir timur Asia merupakan salah satu yang terpadat di dunia. Ratusan pesawat mengudara sekaligus pada waktu yang sama. Sedangkan citra pesawat yang terbaca di layar radar itu hanyalah noktah kecil yang hilang timbul. Bisa saja yang terbaca itu bukan MH370 melainkan pesawat lain. Kecuali MH370 dipasangi alat detector khusus oleh pabriknya sebagaimana diberitakan. Tetapi kenyataannya tidak. Jika memang alat itu ada, sudah tentu pabrik Boeing dapat membuktikannya dengan menunjukkan dimana saja posisi ratusan pesawat buatannya yang mengudara di berbagai belahan dunia saat ini. Kesimpulannya alat detector itu tak ada!

Kedua, tak mungkin pilot mengubah arah tanpa perencanaan matang sebelumnya. Langit begitu luas. Pilot paling top-markotop sekali pun takkan mampu menerbangi rute Kualalumpur - Beijing tanpa bantuan peta, kompas, radio, dan frekwensi penuntun di bandara tujuan. Apalagi menuju ke Diego Garcia atau Kirgistan dengan pikiran kalut, nyaris mustahil. (Sebagai bayangan, instruktur terbang penulis ketika belajar terbang dahulu bercerita, beliau pernah terbang dari Surabaya menuju Kupang dengan siswanya. Ketika hendak mendarat di Kupang, ia melihat banyak perempuan telanjang di tepi pantai. Barulah ia tersadar rupanya sudah kesasar sampai Australia. Akhirnya terkepot-kepot balik arah, takut dikejar pesawat tempur Australia. Rupanya pilot Australia juga tukang tidur semua, tak ada yang tahu hingga kini).

Ketiga, terdapat 229 penumpang di pesawat itu, plus 12 orang aircrew. Tidak mungkin semua itu diam, tak ada yang nekat mengirim sms kepada sanak keluarganya manakala menyadari bahaya sedang mengancam. Baik ketika pesawat sedang mengudara atau sesudah mendarat entah dimana. Kenyataannya tak ada sepotong berita terdengar tentang itu.
Keempat, menilik waktu tempuh Kualalumpur - Beijing selama 6 jam sebagaimana terdapat dalam laporan rencana terbang pilot, maka setelah 2 jam terbang seharusnya pesawat itu telah melewati semenanjung Kamboja dan memasuki perairan di baliknya.

Kemudian sesuatu yang luarbiasa terjadi!

Sesuatu yang luarbiasa itu bisa bermacam-macam. Bisa saja pesawat tersedot oleh pusaran angin lalu terhempas entah kemana. Bisa juga terjadi kerusakan pada badan pesawat, sayap patah, atau mesin terlepas, yang membuat pesawat menukik secara vertical. Pada kondisi demikian mustahil pula pilot mengirimkan sinyal darurat, atau sepotong kata ‘mayday..”

Akan tetapi yang paling mungkin - ini sama dengan prediksi para praktisi RRC, bahwa telah terjadi ledakan besar pada pesawat itu yang diiringi kobaran api. Bagian-bagian pesawat yang mudah terbakar sempat habis sebelum mencapai permukaan air, sedangkan potongan-potongan logam langsung tenggelam ke dasar laut.

Mengenai kotak hitam dan ELB (emergency locator beacon) yang tidak menyala, kemungkinan ikut mengalami kerusakan. ELB akan menyala otomatis jika terjadi benturan, akan tetapi benturan yang terlalu keras membuatnya ikut hancur berkeping-keping.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun