[caption id="attachment_159432" align="aligncenter" width="300" caption="Harimau jinak karena kenyang (photo dari google)"][/caption]
Pernahkan Anda menyaksikan secara langsung atau lewat siaran televisi para biksu belia di Kamboja bercengkerama dengan harimau? Waw…, itu mendebarkan sekali! Dengan santainya anak-anak berkepala plontos menggiring harimau menuju pemandian, kadang-kadang menungganginya layaknya memperlakukan kambing. Padahal itu harimau asli, seratus persen binatang buas, yang tingkah-lakunya tak dapat diprediksi secara tepat. Jika harimau itu tergerak melakukan sesuatu di luar perkiraan, maka ia dapat membunuh manusia dalam sekian detik saja. Bayangannya adalah, taringnya yang empat biji itu setara dengan empat bilah pisau belati. Kalau pisau-pisau itu sudah menancap di leher manusia, apalagi yang bisa diharapkan? Semuanya telah berakhir seketika itu juga!
Bagi wisatawan, atraksi itu mengundang decak kagum. Mungkin mengira anak-anak itu telah dilindungi semacam ‘jampi-jampi’ yang ampuh. Betapa saktinya anak-anak itu! Mungkinkah ajaran yang mereka terima begitu tingginya sehingga harimau-pun takluk kepada mereka? Itu permainan yang luar biasa!
Akan tetapi bagi saya yang lebih mempercayai rasionalitas dan ilmu dunia yang sederhana - karena padanya ada kepastian yang bisa dipegang - berakrab-akrab dengan harimau adalah tindakan spekulatif beresiko tinggi. Siapa pun bisa melakukannya asalkan punya nyali dan teliti menentukan waktu bermain.
Sebagaimana diketahui, tindak-tanduk segala binatang dituntun oleh tiga intuisi naluriah, yaitu hasrat kawin, hasrat makan dan hasrat mengamankan diri. Terbiasa berdekatan dengan manusia mungkin membuat harimau itu merasa aman, sehingga tidak memberontak. Tetapi yang membuat para biksu itu tidak diterkam harimau adalah; karena harimau itu dalam keadaan kenyang, baru saja menghabiskan seonggok daging di dalam kandangnya!
[caption id="attachment_159439" align="alignleft" width="300" caption="Kambing, si pemanjat hebat. Bintik hitam di pucuk gunung batu itu adalah kambing gunung (photo google)"]
13279943601579833409
[/caption] Itulah yang membedakan manusia dengan harimau. Dalam urusan makan, manusia gemar menabungnya sampai tujuh turunan bahkan dengan korupsi, tetapi harimau memerlukan secukupnya saja pada saat ia lapar. Di dalam hutan pun, harimau kenyang tetap menolak bangun dari tidurnya meskipun babi hutan melintas di dekatnya. Kondisi ini kerap disalahartikan oleh warga pedesaan dengan anggapan harimau tidak mau memangsa manusia. Memang benar manusia bukanlah mangsa alamiah harimau. Tetapi kalau manusia berkeliaran di dalam hutan malam hari bertepatan dengan harimau berburu mangsa, maka waspadalah, bagi harimau yang lapar manusia itu tak lebih dari seonggok daging yang mudah ditaklukkan!
13279943601579833409
Berahati-hatilah berinteraksi dengan harimau. Boleh saja ia tampak lemah gemulai dan cenderung pemalas, tetapi di dalam hutan ia selalu tampil dengan performa aslinya; gesit, kuat, buas dan ganas, terutama pada malam hari.
Ia tak bisa tertawa atau menangis seperti manusia. Ia tak mengenal wajah tampan atau cantik, miskin atau kaya, alim atau urakan. Ia tak peduli jampi-jampi atau keris keramat. Baginya dunia ini hanya berisi tiga perkara: makan, kawin dan bertarung!
Selamat Siang Kompasiana!
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!