Puasa sebentar lagi. Akan banyak digelar pengajian, ceramah-ceramah, dzikir bersama, buka puasa bersama, taraweh keliling, pesantren kilat dan tadarusan. Dimana-mana ayat suci berkumandang. Di televisi bermunculan ustadz kondang berebut tempat dengan para artis mengisi acara ramadhan, mengejar surga sekaligus mengejar rejeki. Berbondong-bondong manusia menjalankan ibadah, berpakaian putih-putih….., ibadah mengharap surga bagi diri sendiri.
Ridho Tuhan didambakan dengan menahan lapar dan dahaga. Hanya lapar dan dahaga, tidak yang lain-lain. Soal korupsi, memakan harta anak yatim, pungli, bergunjing, memfitnah, mengadu-domba, menggerutu.…jalan terus, sehingga wajarlah kerusakan di negeri ini terus terjadi.
Para ustadz tidak pernah menyarankan ummat membuang kemalasan dengan tetap bekerja keras di bulan puasa, karena para ustadz itu sendiri pemalas. Mereka hanya menuntut banyak-banyak bersedekah, bagikan hartamu kepada orang lain. Orang yang tetap gigih bekerja malah dicibir sebagai melalaikan perintah agama.
Menjelang lebaran, para pemilik modal membidik momentum Idul Fitri sebagai proyek bisnis besar-besaran. Diskon ini-itu diiklankan. Semua mesti pakai baju baru, sandal baru, selendang dan mukenah baru, sepeda motor dan mobil baru. Pasar-pasar akan membludak dan saatnya pedagang cuci gudang. Pakaian sobek dan apkir pun semua laku terjual. Para ustadz berkata itu tandanya kaum muslimin Indonesia patuh pada tuntunan agama.
Kantor-kantor pegadaian akan menyiapkan milyaran uang untuk dipinjamkan menyambut lebaran. Pada saatnya nanti semua bisa digadaikan, termasuk kompor dan seterikaan, juga piring dan ember. Pokoknya, hei, kaum muslimin terutama yang hidup miskin, ayo, hamburkan uangmu menyambut lebaran dan bersukarialah. Jangan hiraukan masa depan!
Setelah lebaran usai silakan kamu tercerai berai karena utang. Silakan bertinju sampai bacok-bacokan, karena utang. Atau menjadi stress dan gila sekalian.
Begitu yang terus terjadi, dari tahun ke tahun. Namanya negeri anomaly!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H