Hasil penelitian Ahli Harimau Indonesia menyimpulkan bahwa harimau tidak mengenal musim kawin. Artinya, mereka kawin suka-suka saja, sembarang waktu, cocok nomor angkat barang. Apa pula urusannya, toh pengantin harimau selalu terdiri dari duda kelana versus janda penantian. Belum pernah ditemukan ayah harimau duduk berlama-lama di depan gua, menunggui isterinya menanak nasi, sementara anak-anaknya sibuk mengejar belalang di rerumputan. Harimau adalah penggila kawin-cerai!
Tetapi begitu pun, para petani di Seluruh Hutan Sumatera yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Leuser, Batang Gadis, Berbak, Rawa Jitu, Bukit Tigapuluh, Kerinci Seblat, dan lain-lain, sadar belaka bahwa ada masa tertentu yang disebut ‘musim harimau’. Musim itu ditandai dengan banyaknya berita tentang hewan ternak dimangsa harimau, manusia diterkam harimau, petani memergoki harimau di tepi ladang atau jejak-jejak harimau mengitari pemandian!
Inilah yang diperkirakan sebagai musim kawin.
Musim kawin merupakan periode paling rusuh di Kerajaan Harimau. Biasanya berlangsung pada puncak musim hujan. Pada masa itu induk harimau mulai menyapih anak-anaknya, persiapan menyambut kedatangan duda petualang, dengan memancarkan aroma khas yang dapat tercium dari jarak ratusan kolometer. Masih untung kalau menciumnya hanya seekor pejantan saja. Bagaimana kalau tercium oleh 2 atau 3 ekor pejantan lain?
Semuanya akan datang pada waktu bersamaan. Teori Darwin berlaku lagi disini. Hanya yang terkuat yang berhak melanjutkan keturunan, sedangkan yang lemah harus menyingkir dan menunggu kesempatan lain di tempat lain. Perkelahian antar pejantan dipercaya tak pernah berujung pada kematian langsung, akan tetapi cedera kecil saja terutama pada bagian kuku kaki depan akan mengakibatkan harimau kesulitan mendapatkan makanan, akhirnya terancam mati kelaparan!
Harimau yang diusir oleh induknya, dan harimau yang kalah dalam pertarungan, merupakan dua kelompok yang dicurigai berpotensi memencar sampai ke pemukiman penduduk. Harimau muda yang belum mahir berburu, dan harimau terluka yang kesulitan menangkap babi hutan, sangat mungkin memilih mangsa yang mudah, yaitu menyeret kambing dari kandangnya.
Dan makhluk bernama manusia, meskipun diakui paling pintar mengakali jagat raya, bagi harimau tak lebih dari seonggok daging yang sangat mudah ditaklukkan. Manusia tak bisa berlari atau melompat menyeberangi semak belukar, melainkan langsung lumpuh dan pasrah jika disasar harimau. Tak peduli bekas petinju ulung atau pesilat tangguh, tak ada yang mampu menahan serangan harimau!
Sekarang telah memasuki musim penghujan.
Selamat Bekerja, Petani Indonesia!
Selalu Waspada!
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H