Tadi pagi, ketika melintas di bengkel perahu di Pantai Belitung, saya mendapati seorang pemuda Bugis istirahat bersandar di bibir perahu yang ditukanginya, sambil mendengarkan Lagu Deen Assalam dari speaker HP-nya. Karena ia menghisap rokok di Bulan Puasa begini, saya jadi terpancing untuk bertanya:
"Asyik lagunya, Bung?"
"Iya, Pak. Hehehe, maaf kami tak berpuasa. Soalnya kalau tidak banyak minum di tepi laut begini, bisa terpanggang jadi ikan asin."
"Hehe, ada-ada saja....!"
Saya juga mengakui lagu itu memang indah. Irama dan syairnya indah. Pula dinyanyikan dengan penghayatan prima dan olah vokal nyaris sempurna oleh penyanyinya, Khairunnisa, atau Nissa Sabyan.
Saya sendiri mengoleksi lagu itu dalam memori hp. Ada tiga lagu yang saya sukai: Jamalu, Deen Assalam dan Ya Habibal Qolbu. Manakala ada waktu luang saya acap mendengar lagu itu sambil membayangkan penyanyinya yang cantik jelita itu kudapatkan jadi menantu.
Namun lebih dari semua itu, inilah yang saya sebut dahsyat-nya karunia Tuhan. Manakala Islam difitnah dengan isu radikalisme, seketika muncullah grup  musik gambus membawakan lagu yang menggetarkan nurani kebanyakan orang. Tua-muda menyukainya, di kota dan di desa orang mendengarkannya.
Deen Assalam, Islam adalah Agama Perdamaian.
Salaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H