Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Beda Tipis, Preman dan Babi Hutan

10 April 2013   10:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:26 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini tidak bermaksud merendahkan martabat kemanusiaan, melainkan menguji harmonisasi alam semesta, siapa melakukan apa di atas bumi persinggahan ini. Sebab di situlah letak azas penciptaan, ialah citra manfaat. Segala sesuatu yang ada di alam ini adalah Ayat Tuhan, dan Tuhan menciptakannya dengan suatu maksud. Tak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia; bangsawan, ilmuwan, preman, babi hutan, lintah, kadal...., dari tiada menjadi ada, lalu ditiadakanNya lagi. Ohh....., filsafat keparat, tambah dalam tambah gelap....., semakin dalam semakin gelap...., lebih dalam lagi....


Bagi kami petani, preman dan babi hutan itu sama saja, yaitu sama-sama merusak perekonomian dan mengancam keselamatan jiwa. Jika babi hutan mencuri hasil pertanian ketika masih di ladang, maka preman menggerogotinya setelah dipanen. Jika babi hutan taringnya panjang dan tak segan-segan menyeruduk petani, maka preman juga goloknya panjang dan tak segan-segan membunuh dan melukai.


Bagi kami petani, lebih baik dikunjungi babi hutan daripada didatangi preman.


Karena babi hutan hanyalah binatang. Begitu ia datang langsung sikat, tamat. Tak ada babi lain yang melindunginya atau menangisinya, juga tak ada ahli hukum yang berkoar soal HAM. Karena babi hanyalah babi, sampai dunia kiamat ia tetap babi. Cuma bisa menyembur dan melukai. Memang ada juga babi pakai kacamata, dipasang pada buntutnya (lihat gambar).


Tetapi kalau preman yang datang, ini soal lain. Disikat salah, tidak disikat jadi masalah. Preman membunuh petani itu soal biasa, tetapi kalau petani membunuh preman itu akan menjadi berita. Seluruh penghuni desa akan diangkut kemana-mana.


Ini memang soal pelik, apa boleh buat. Masalahnya preman itu manusia juga, terbukti kakinya dua. Bisa bicara, tertawa, kawin, dan bertobat pula. Meskipun sekali waktu kelakuannya lebih binatang daripada babi hutan.


Kepada para Polwan yang cantik-cantik, hati-hatilah jika sedang bertugas. Jika sekali waktu kalian mengalami nasib naas, diperkosa dan ditembak mati oleh preman, jangan berharap perlindungan Hukum HAM. Bangkai kalian akan jadi bahan tertawaan. Kalian tidak mendapat perlindungan HAM karena yang dilindungi HAM itu adalah pelaku kejahatan.


Jadi, kalau kalian melihat perampok mendatangi rumah Ahli Hukum atau Pegiat HAM, biarkan saja. Biarkan mereka belajar hukum dari pengalaman. Supaya hukum negara kita ini semakin baik.


Apa boleh buat!


*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun