Terdapat beberapa tulisan di Kompasiana ini bernada menggugat eksistensi NKRI. Indonesia tercinta yang meliputi wilayah dari Sabang sampai Merauke, mencakup ribuan pulau besar dan kecil. Masih layakkah dipertahankan dalam satu wadah negara kesatuan?
Jawabnya: Ya, selama-lamanya!
Mengapa? Karena itu kondisi yang menguntungkan. Bagaikan sapu lidi, kesatuan itu memberi efek kekuatan. Membuka peluang maju bersama-sama. Tanah Air Indonesia ini yang dihuni oleh beragam Suku Bangsa dengan kekayaan alam yang beraneka ragam, akan saling mengisi dan saling menutupi. Berada dalam satu negara kesatuan akan memudahkan pengorganisasiannya.
Tapi mengapa sampai saat ini masyarakat tidak merasakan manfaat wadah tunggal NKRI itu?
Jawab: Sebenarnya rakyat sudah menikmatinya, hanya saja dihiraukan atau terasa kurang. Begitulah hawa nafsu manusia. Sudah dapat satu, menginginkan dua. Jika sudah memiliki dua, besoknya mengharap dapat tiga. Begitu seterusnya.
Memang benar, manfaat wadah tunggal NKRI itu belum maksimal dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat. Sebagian sudah makmur, sebagian belum. Dengan kata lain tidak merata. Itu pun bukan salah siapa-siapa, karena itu kesalahan kita semua! Kita-lah yang tak pandai mengurus negara dan tak becus memanfaatkan wadah NKRI itu untuk kesejahteraan bersama.
Penyakit paling kronis bangsa kita adalah sifat pemalas. Sudah pemalas, penggerutu pula. Itu karena kekayaan alamnya melimpah, tak bekerja pun bisa makan, akhirnya berleha-leha turun-temurun. Coba perhatikan manusia di sekeliling kita. Penelitian terakhir menunjukkan, dari 10 orang dewasa hanya 3 orang yang bekerja produktif. Yang lainnya cuma mangap saja membuka mulut. Sisip sedikit ia merampok, menipu, mengakali, menggerogoti hasil jerih payah si 3 orang. Kalau demikian situasinya, mogalah sampai dunia kiamat atau negara ini dipecah-pecah sampai selebar lapangan bola, kemiskinan akan tetap merajalela.
Penyakit turutan dari sifat pemalas itu adalah tingkah konyol. Tiba saatnya memilih pemimpin, yang dipilihnya pemalas juga. Lihatlah apa yang terjadi sekarang. Orang-orang malas dipimpin pemalas. Hanya makan dan jual tampang saja yang mereka pikirkan, tak ada mengurusi pekerjaan.
Itulah penyakit kita, bukan NKRI. Wadah tunggal NKRI itu sudah final, hasil perjuangan beribu-ribu pahlawan. Sejak dahulu, saat ini, dan ribuan tahun ke depan NKRI itu tetap rahmat karunia bagi Bangsa Indonesia. Perbaiki penyakitnya, jangan kita usik warisan mulia ini.
Ya, Allah, gerakkanlah hati bangsa kami untuk rajin bekerja, mengolah karunia yang telah Engkau limpahkan di tanah leluhur kami ini. Terutama para pemimpin kami, jauhkanlah mereka dari sifat malas dan foya-foya. Terangilah negeri kami dengan cahaya kebajikan.****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H