Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rembug Nasional, Prabowo Subianto dan Joko Widodo

10 April 2014   18:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:50 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu Legislatif telah usai, menjadi kenangan indah bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dan akan tercatat sebagai pemilu paling berhasil di zaman ini. Meskipun hasil resminya belum diumumkan KPU, namun hasil hitung cepat yang tak diragukan validitasnya menunjukkan 3 (tiga) partai memperoleh dukungan terbesar dari masyarakat, ialah PDI-P, Golkar dan Gerindra.

Sebagaimana diketahui, ke-tiga partai itu telah pula menetap Capres untuk Pilpres mendatang ini, masing-masing adalah Jokowi dari PDI-P, ARB dari Golkar dan Prabowo Subianto dari Gerindra. Meskipun pemilu kemarin ini sejatinya adalah Pilleg, namun berbagai pihak meyakini - dan tak dapat dipungkiri, bahwa faktor Capres yang diusungnya itu ikut pula menentukanbesar-kecilnya perolehan suara partai itu.

Dalam hal ini, tanpa bermaksud merendahkan atau menonjolkan salah-satu Capres, perbincangan di dunia nyata dan dunia maya menunjukkan hanya ada dua Capres yang paling banyak menyita perhatian, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Nama Jokowi melesat ke jagat Capres setelah menjabat sebagai Gubernur DKI yang diikuti oleh pemberian mandat dari Megawati. Sedangkan nama Prabowo telah muncul sejak lama, bahkan telah ikut meramaikan pentas persaingan pada pilpres yang lalu-lalu.

Demikianlah titian nilai yang diajarkan oleh nenek-moyang Bangsa Indonesia yang luhur dan mulia itu. Bahwa bangsa ini mengenal kata sakti ‘musyawarah dan mufakat’ yang juga tercantum dalam Sila Ke-4 Pancasila. Jika kita memiliki dua tokoh yang menonjol, mengapa mesti diadu sehingga hilang salah satu?Mengapa tidak disatukan saja sehingga potensi keduanya dapat dimanfaatkan?

Persaingan yang terlalu telanjang adakalanya bukanlah solusi yang terbaik. Ke-dua partai memiliki pendukung yang banyak, yang berarti pula berpotensi menciptakan kesedihan yang banyak. Akan lebih baik jika kesedihan dan kebahagiaan itu dipersatukan, yang berarti pula dapat memancarkan semangat kebangsaan kepada pendukung partai lainnya.

Lebih-lebih antara PDI-P dan Gerindra telah terjalin kerjasama fenomenal pada Pilpres sebelumnya, sesuatu yang unik yang disebut sebagai Piagam Batu Tulis. Berarti menyandingkan kedua tokoh ini dalam satu paket Capres/Cawapres bukanlah sesuatu yang mustahil, sekalipun bukan perkara mudah. Siapa yang menjadi Capres dan siapa yang menjadi Cawapres, dapat dimulai dari bisik-bisik tetangga.

Inilah yang penulis sebut dalam artikel ini rebagai Rembug Nasional. Masing-masing pendukung kedua pihak membuat kesepakatan untuk ‘memaksa’ kedua tokoh ini bersatu. Dengan bersatunya kedua tokoh ini dapat diharapkan bahwa Pilpres mendatang juga akan berlangsung mulus. Pemimpin Nasional yang hebat didapatkan, sekaligus hemat biaya, hanya satu putaran!

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun