Mohon tunggu...
Tengku AR
Tengku AR Mohon Tunggu... freelancer -

I'm just ordinary man, doing ordinary stuff, but have extraordinary life.. Hmmm..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Teman Terpilih

13 November 2011   19:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat Ulang Tahun ke 7, Jagoanku yang manis! Maaf Ayah belum bisa memberikanmu yang terbaik atau bahkan membuatkanmu sebuah pesta ulang tahun. Semoga kamu mengerti dan menjadi anak yang penurut dan sayang dengan Ayahmu. Kado apa yang kamu mau, Nak?”, ucapku seraya menyemangatinya.

“Aku mau hewan peliharaan, Yah.”, mulut kecilnya menjelaskan.

“Hewan apa?”

“Belum tau Yah. Ayo sekarang kita ke toko hewan aja.”, dia bergegas menarik tanganku untuk mengajak ke toko hewan.

“Ayo!”

Dan kami pun sudah berada di dalam perut taksi menuju kawasan di daerah Jakarta Selatan yang terkenal menjual banyak hewan peliharaan.

***

Di tempat penjualan hewan.

“Kamu mau yang mana Nak?”, tanyaku sambil memegang tangannya yang mungil dan melihat-lihat keadaan sekitarnya.

“Sebentar ya Yah. Aku masih bingung.”, jawabnya disertai senyuman khas yang dihiasi lesung pipi.

“Oh, baiklah, Ayah akan menunggu. Tapi bagaimana kalau kamu pelihara ini?”, aku menawarkan seekor kucing kecil berwarna abu-abu yang sedang tidur telentang dalam kandangnya.

“Iya itu lucu, tapi aku nggak mau kucing. Nanti pipisnya sembarangan. Terus kalo aku lagi main keluar rumah siapa yang kasih makan?”, cerocosnya.

“Loh dia kan nanti bisa makan sendiri. Kamu tinggal taruh makanannya di tempat makannya dia dan pipisnya diajarin, kalau kamu sabar nanti dia bakal nurut kok.”

“Ah aku nggak mau, Yah.”

“Ya sudah. Kalau ini bagaimana?”, aku menunjuk hewan tanpa bulu yang sedang melingkar dan terdapat sisa kulit di sebelahnya, menurut pedagangnya memang baru berganti kulit tadi pagi.

“Itu seram Ayah! Dia itu nakal, sukanya makan daging!”, nadanya meninggi karena ketakutan akibat apa yang pernah ditontonnya di televise.

“Baiklah. Maafin Ayah. Yang ini aja ya Nak? Mau nggak?”, kali ini dengan rasa mulai menyerah, aku tetap mencoba untuk menawarkan seekor burung kecil berparuh bengkok berwarna hijau dan memakan biji-bijian.

“Hmm…tapi kalo aku peliharanya satu nanti dia kasian nggak punya teman. Itu aja dia rame-rame dikandangnya. Ayah…biarin aku pilih sendiri ya. Aku juga lagi audisi siapa yang bakal jadi hewan peliharaanku di hari aku ulang tahun ini.”, anakku pun terlihat mulai tidak mau dicampuri urusan kado yang akan kuberikan padanya hari ini.

Lalu kami melanjutkan mendatangi setiap toko yang menjual peliharaan di area tersebut.

Lima menit. Sepuluh menit. Tiga puluh menit.

“Ayah, aku udah nemu apa yang aku mau. Aku mau ini.”, dengan suara semangat dan bola mata yang membundar karena akhirnya anakku menemukan hewan pilihannya.

Dia menunjukkan seekor hewan dengan bulu halus dan aktif mirip seperti tikus namun ukurannya lebih kecil, orang-orang biasa menyebutnya Hamster. Dia menjatuhkan pilihannya pada hewan kecil itu. Hewan yang menurutnya tidak akan terlalu merepotkan bila dipelihara. Dia ingin membeli sepasang dan berjanji untuk merawat hewan-hewan itu. Aku pun mengiyakan pilihannya.

Kandang. Makanan. Dua teman terpilih yang mungil. Kemudian kami pun pulang kembali ke rumah.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun