Mohon tunggu...
Tengku Andyka
Tengku Andyka Mohon Tunggu... Guru - Lakukan hal kecil, bicara dengan tindakan sederhana

"Semua kebenaran di dunia ini harus melewati tiga langkah. Pertama, ditertawakan, kedua ditentang dengan kasar, dan ketiga diterima tanpa pembuktian dan alasan" (Arthur Schopenhauer)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Misteri Kemerdekaan Indonesia 15 Agustus 1945!

23 September 2011   02:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:42 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika membaca buku empat serangkai pendiri Republik seri Buku Tempo: bapak bangsa awalnya biasa saja. Dalam seri tokoh bapak bangsa tersebut ada empat tokoh yang dibahas. Kisah tokoh bapak bangsa tersebut diangkat dari berita Mingguan sepanjang tahun 2001-2009. Buku tersebut fokus pada mengulas ulang kembali kehidupan Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Sjahrir secara rinci. Mulai dari pergolakan pemikiran mereka, petualangan, ketakutan hingga cerita kamar tidur mereka.

Layaknya buku awalnya biasa saja membacanya. Apalagi ini bukanlah golongan buku teoritis yang butuh energi ekstra dalam membacanya. Pada awalnya tak ada niat untuk pilih kasih membacanya mengingat semuanya amat penting. Memulainya dari seri buku Soekarno, Hatta, Tan Malaka lalu yang terakhir seri Bung Sjahrir. Namun, pada seri buku Sjahrir betapa kagetnya setelah menemukan fakta sejarah "fatal" yang belum diketahui banyak warga Indonesia. Fakta dimana ternyata Indonesia lebih dulu memerdekakan diri pada tanggal 15 Agustus 1945 di Cirebon.

Berikut rangkuman kronologis yang saya rangkum dalam buku tersebut. Pada 14 Agustus 1945, Sjahrir mendengar dari BBC, Jepang akhirnya menyerah kepada sekutu. Sjahrir pun menemui Soekarno dan Hatta di pegangsaan Timur 56 dan meminta Bung Karno segera memproklamasikan kemerdekaan. Itu karena Soekarno dan Hatta pada saat itu menjabat sebagai ketua dan wakil Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sebuah badan yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.

Awalnya Soekarno menolak keras petrmintaan Sjahrir tersebut karena Bung Karno masih menunggu keputusan Jepang. Ini sangat berbeda denga golongan pemuda pada saat itu yang menginginkan merdeka lebih cepat tanpa bantuan Jepang. Namun, karena didesak Sjahrir Bung Karno pun berjanji mengumumkan proklamasi pada tanggal 15 Agustus setelah pukul lima sore. Sjahrir pun menginstruksikan kepada pemuda yang bekerja di kantor berita Jepang untuk bergerak lebih cepat. Namun, dalam pelaksanaannya Sjahrir mendeteksi ketidakseriusan Soekarno dalam melaksanakannya. Terbukti pada pukul lima sore 15 Agustus 1945, ribuan pemuda telah menunggu dan bersiap-siap mendengar kabar proklamasi dari Soekarno dan Hatta.Namun, pada pukul enam kurang beberapa menit Soekarno mengabarkan penundaan proklamasi.

Terang saja hal tersebut membuat marah para pemuda yang menjadi pengikut Sjahrir. Namun, kabar batalnya diumumkan proklamasi tak sempat dikabarkan di Cirebon. Para pemuda Cirebon yang notabennya basisnya pendukung Sjahrir dibawah pimpinan dokter Soedarsono yang juga ayahnya Juwono Soedarsono mantan menteri pertahanan kabinet SBY pada hari itu juga tanggal 15 Agustus 1945 mengumumkan proklamasi versi mereka sendiri.

Bunyinya kurang lebih "Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tidak mau dijajah oleh siapa pun". Sementara beberapa pemuda yang lainnya pun lalu merencanakan penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok agar Soekarno membacakan teks proklamasi dengan secepatnya. Karena desakan pemuda pada akhirnya Soekarno merumuskan dan membacakan naskah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945.

Secara sah memang rumusan dan pembacaan proklamasi yang dibacakan Soekarno-Hatta lebih dan kuat. Dasarnya ialah karena jabatan sah mereka sebagai ketua panitia persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun, bagaimanapun juga peristiwa proklamasi pada 15 Agustus harus juga diketahui khalayak umum. Khususnya ini masuk dalam kuriklulum pendidikan. Sementara tugu yang berdiri tegak di dekat alun-alun Kejaksaan, Cirebon tersebut tak semua orang mengetahui bahwa tugu itu menjadi saksi sejarah proklamasi pertama Indonesia. Tentunya sangat disayangkan peristiwa penting ini hanya sekedar menjadi misteri yang tak tersampaikan oleh bangsa ini. Sepertinya bangsa ini harus kembali melestarikan sejarah-sejarah besar bangsanya agar tak terbengkalai dan terhapuskan.

Mungkin bagi sebagian orang fakta ini tidak terlalu penting. Jika fakta besar sejarah ini saja hilang dalam catatan sejarah, lantas bagaimana dengan fakta-fakta lainya. Tak heran rakyat selalu disuguhkan dengan fakta manipulasi hukum, fakta manipulasi kebijakan pendidikan yang keliru. Bahkan fakta2 kebohongan kebijakan ekonomi.Tanpa disadari nyata dirasakan dengan semakin mahalnya harga barang2 konsumsi dll.Perlu diingat lingkaran kita semua berada dalam lingkaran itu semua. Dalam konteks lingkungan keluarga, sekolah, kuliah bahkan lingkungan kerja. Semoga jadi bahan perenungan kita semua bahwa negeri ini masih banyak kebenaran2 yang tidak diketahui oleh rakyatnya, bahkan hanya menjadi sebuah misteri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun