Dalam bayang bayang malam yang tenang
Cinta menjelma membawa senyum dan luka,
Filosofi yang menggurat jiwaku,
Ini membunuh, dalam pelukan yang terluka.
cinta, bukan lagi simfoni bahagia,
namun sabit tajam dalam benak
Menyiksa jiwa, mengaduk rasa,
Membawa perang dalam rindu yang terlunta.
Cinta adalah tragedi di panggung kesendirian,
percikan api yang membara, menawarkan kehangatan
Namun acapkali, justru membinasakan,
Ketika hasrat menguasai, akal terpinggirkan
cinta seumpama mata pedang yang tajam
mengiris rasa, membentuk luka mendalam,
Membunuh harapan, merenggut mimpi,
Di alam semesta, di mana cinta tak selalu berpijar dengan indah
Namun, dari kepedihan dan derita
tersingkap kebijaksanaan yang menerangi,
Bahwa cinta tak hanya soal kehilangan,
Tetapi perjalanan menuju penyembuhan
Jadi biarlah puisi ini berkisah,
Tentang bagaimana cinta bisa membunuh,
Namun juga bagaimana cinta bisa menyelamatkan,
Membawa kedamaian dalam derasnya hujan kepedihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H