Mohon tunggu...
Tengku Afifah
Tengku Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Aku suka menulis novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Tumpang Sari Zending: Strategi Menarik Perhatian Masyarakat Tarutung

27 Mei 2024   20:36 Diperbarui: 27 Mei 2024   20:42 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedatangan bangsa kolonial merubah berbagai hal yang ada pada wilayah Indonesia khususnya pada beberapa aspek kehidupan masyarakat Indonesia yang salah satunya pada bidang kesehatan. Selain pada bidang kesehatan pun, ada beberapa wilayah yang juga dimasuki oleh pemerintah kolonial dengan maksud untuk menyebarkan agama Kristen. Salah satu wilayah yang juga dimasuki oleh pemerintah kolonial adalah wilayah Tarutung. 

Kedatangan mereka dengan tujuan untuk menyebarkan agama Kristen yang dimana jalan yang mereka ambil untuk memudahkan penyebaran agama Kristen ini melalui pelayanan pada bidang kesehatan. Pada tahun 1861, organisasi Zending Rheinische Missionsgesellscaft (RMG) mulai melakukan Penginjilan di Tarutung. Kedatangan RMG ini kemudian dikenal dengan istilah Misi Batak (Battakmission). Adapun tokoh utama Perkabaran Injil di Tarutung adalah I.L. Nommensen. Beliau diutus oleh RMG sejak tahun 1862 yang membawa pengaruh besar bagi perkembangan agama, pendidikan, dan kesehatan di Tarutung. 

Pada umumnya pelayanan dalam bidang kesehatan yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebelum abad ke-20 dapat dikatakan sangat tidak baik untuk penduduk setempat. Hal ini dikarenakan hanya sebagian kecil dari warga Hindia Belanda yang dapat memanfaatkan pelayanan dalam bidang kesehatan yang tepat. 

Keadaan ini kemudian mulai berubah dengan adanya kemunculan politik etis. Kebijakan Politik Etis yang diterapkan oleh Pemerintah Belanda memberi keleluasan pada organisasi sosial yang bergerak di bidang pendidikan untuk dapat lebih berkembang. Salah satu organisasi tersebut yaitu Pekabar Injil zending. Para zending ini menganggap bahwa peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan merupakan hal yang sama pentingnya. 

Dengan perkembangan berbagai penyakit menular yang terjadi pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang mana penyakit tersebut terdiri dari penyakit pes, kolera, malaria dan juga penyakit lainnya hal ini lah yang kemudian menyebabkan pemerintah Hindia Belanda mengubah model pemberian layanan kesehatan bagi masyarakat setempat. Hal ini telah diterapkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada pertengahan tahun 1906-1940-an yang mana tujuan penerapan ini untuk memperluas perawatan pada bidang medis yang akan tersebar luas dan juga merata dengan membangun beberapa rumah sakit di wilayah setempat. Salah satu pembangunan dari layanan kesehatan ialah membangun rumah sakit di wilayah Pearaja. 

Adapun tujuan dari pembangunan rumah sakit ini adalah untuk menjadi pusat pelayanan kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat Tarutung dan sekitarnya yang selama ini belum tersentuh oleh fasilitas kesehatan modern. Berdirinya rumah sakit di wilayah Pearaja merupakan salah satu wujud nyata kepedulian para zending terhadap wabah penyakit menular yang menimpa masyarakat setempat. Sejak hadirnya layanan pengobatan medis modern yang diinisiasi oleh para zending di Tarutung, masyarakat mulai meninggalkan ketergantungan mereka terhadap datu dalam kehidupan sehari-hari. 

Melalui pelayanan penyembuhan berbagai penyakit dengan metode kesehatan dari Eropa, masyarakat Batak telah mengetahui metode pendekatan baru yang berbeda dengan cara para datu Batak. Mereka sedikit demi sedikit memahami soal kebersihan, obat-obatan dan perawatan orang sakit.

Dengan membaiknya kesehatan yang ada pada wilayah Tarutung tentu misi zending yang sebenarnya yaitu pengkabaran inji juga ikut berkembang dan diterima oleh masyarakat di Tarutung. Hal ini yang kemudian kita dapat mengetahui bahwa metode yang digunakan oleh para zending dalam membantu masyarakat Tarutung dari bidang kesehatan sebagai metode tumpang sari. Metode ini dikatakan tumpang sari karena dengan membantu masyarakat dalam bidang kesehatan, zending juga dapat melakukan misi utama mereka yaitu perkabaran Injil. 

Metode ini juga kemudian ikut mempengaruhi banyak masyarakat Tarutung masuk ke agama Kristen. Adanya perpaduan ini pula yang kemudian akan tercipta suatu pemahaman yang terintegrasi baik dari segi medis. Dengan membantu rakyat secara langsung inilah yang kemudian dapat menempatkan agama Kristen sebagai bagian dari mereka dan para zending yang merupakan orang barat tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang harus selalu dimusuhi. Dengan melakukan metode adaptif ini juga yang akhirnya menjadi satu kunci keberhasilan Nommensen dan para zending lainnya yang ada di wilayah Tarutung dalam mengkristenkan orang Batak, khususnya pada Batak Toba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun