AHY dan Kofi Annan Bersanding di Pentas Dunia

Indonesia pantas berbangga, anak mudanya mendapatkan kepercayaan dari dunia internasional untuk menjadi pembicara kunci (Keynote Speaker) dalam pertemuan tingkat dunia.

Siapa sosok terpilih tersebut, ternyata dia adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Lulusan terbaik Akabri tersebut dipercaya sebagai 2017 Keynote Speaker JCI Asia Pasific. Menurut John Di Frances "Keynote Speaker is Someone who gives a speech on an important topic. Atau sederhananya adalah pidato yang disampaiakan sosok tersebut terhadap suatu isu akan dijadikan referensi yg dibahas dalam forum secara ilmiah.

Selain Asia Pasifik, juga ada area conference lainnya seperti Africa and The Middle East, Americas and Europe. Dalam kesempatan itu, AHY akan berbicara tentang Perdamaian dan secara khusus bagaimana Indonesia dapat menjaga perdamaian & menjadi inspirasi negara lain.

Apakah tepat seorang AHY menjadi pembicara kunci dalam pertemuan yang dihadiri ribuan orang dari berbagai Negara tersebut. Jawabanya sangat tepat, karena pembahasannya tentang perdamaian, sesuai dengan track record AHY selama ini. Pada tahun 2006 silam AHY menjadi salah satu pasukan elit perdamaian PBB di Lebanon. Misi perdamaian tersebut dituntaskan nya dengan baik. Ditambah lagi dengan pernah mengenyam pendidikan selama 1 tahun di Fort Leavenworth juga menjadi bekal buat AHY menjadi pemimpin yang cemerlang.

Kebanggaan kita semakin bertambah jika menyandingkan siapa sosok yang jadi pembicara kunci lainnya. Nama beken tersebut adalah Kofi Annan, mantan Sekjend PBB dua periode itu jadi Keynote Speaker JCI World Congress di Belanda.

Banyak anggota dari JCI merupakan tokoh terkemuka seperti Kofi Annan, Bill Clinton, Al gore, Bill Gates, Gerald Ford, Nixon, Reagan dan banyak lagi.

Seperti yang kita ketahui, Kofi Annan yang kini berumur 79 tahun adalah seorang diplomat asal Ghana yang tampil ketujuh sebagai Sekjend PBB pada periode 1 Januari 1997 hingga 31 Desember 2006. Pada 1 Januari 2007, ia digantikan Ban Ki-moon. Ia pernah meraih Penghargaan Nobel Perdamaian pada 2001. Sejak Juni 2007, ia memimpin Aliansi untuk Revolusi Hijau di Afrika, sebuah organisasi yang bertujuan meningkatkan hasil produksi pertanian dan perkebunan di Afrika sekaligus melawan kelaparan, kekurangan persediaan air bersih, dan erosi tanah.