Mohon tunggu...
Tendi Murti
Tendi Murti Mohon Tunggu... -

Menulis untuk meninggalkan jejak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

7 Hal yang Harus Dihindari Mahasiswa Berkaitan dengan Akademis

14 Agustus 2013   07:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:20 2514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia tentu saja mempunyai pengalamannya tersendiri. Pengalaman bahagia, pahit dan lain sebagainya. Pengalaman itu bisa ditemui di sekolah, kamus maupun tempat kerja. Begitupun dengan saya. Saya mempunyai pengalaman buruk tentang kehidupan akademis saya. Dari semenjak SMP, SMA, sampai “setengah” kuliah, saya masih belum memahami kenapa saya harus belajar, kenapa saya harus memahami bahasa Inggris. Ah, rasanya cerita ini sudah sering saya ceritakan kepada teman-teman semua. Baik di buku saya maupun ketika training-training. Satu hal yang saya pelajari dari kehidupan akademis saya adalah saya tidak merubah cara yang harus saya lakukan. Cara-cara yang saya lakukan untuk meningkatkan nilai akademis saya adalah sama seperti yang saya lakukan semenjak SD, SMP, SMA, dan sebagian kuliah saya. Kenapa saya katakan sebagian? Karena ditengah-tengah kuliah akhirnya saya menyadari kesalahan yang saya lakukan. Ternyata lama juga ya memahami kesalahan dan menemukan cara yang tepat untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri kita. Nah, sepanjang pengalaman saya yang masih sedikit ini, ada tujuh hal yang pelu diperhatikan ketika nilai-nilai akademis kita belum juga bagus di kelas. 1. Trauma pada tingkatan akademis sebelumnya Ketraumaan pada tingkatan akademis sangat-sangat memengaruhi diri kita. misalnya saja saya ketika SMA tidak menyukai pelajaran Matematika. Saking tidak menyukainya, sampai-sampai menjadi langganan guru BK/BP untuk bimbingan konseling kenapa hal tersebut berulang-ulang. Nah, ketraumaan ini berimbas pada saat saya memutuskan menentukan jurusan mana yang harus saya ambil ketika kuliah. Karena saya tidak suka matematika, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jurusan Sastra Inggris. Kenapa? Ya karena tidak ada mata kuliah Matematika di dalamnya.

:D
:D
walhasil, ya tetap saja kuliah Sastra Inggris saya kurang lancar. 2.  Tidak faham apa dan kenapa harus masuk ke fakultas/jurusan tersebut Berdasarkan emosi dan kebencian yang menggebu kepada Matematika, saya memutuskan untuk mengambil Sastra Inggris di salah satu Universitas Negeri di Bandung. Tapi ternyata bukan berarti tidak ada Matematika terus saya sukses. TIDAK SAMA SEKALI!! Sastra Inggris juga ternyata bagi saya sangat memuakan. Bukan mata kuliahnya yang menyebalkan, justru sangat seru. Tapi diri kita sendiri yang tidak merasa berada pada tempat tersbut. Tidak ada alasan yang mendasar kenapa saya harus mempelajari bahasa Inggris. Walhasil, IP saya ya, hanya dua koma alhamdulillah…:D 3. Tidak menggunakan teknologi yang lebih maju ini juga penting. Banyak dosen yang memberikan tugas kuliah dengan cara menngetikannya pakai mesin tik, dulu. Entahlah sekarang. Tapi yang jelas teknologi ini sangat memudahkan kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Hari ini internet sudah menjadi barang yang biasa-biasa saja. Kita bisa membukanya di HP atau di gadget lainnya. Nah, ya manfaatkanlah internet untuk mendapatkan yang terbaik. Tapi ingat, internet hanya sebatas alat bantu. Tetap yang berperan penting itu adalah otak kita. otak kita adalah komputer tercanggih se-alam semesta. Selain internet, cobalah gunakan otak kanan kita. otak kanan ini penting untuk mengembangkan diri kita untuk lebih kreatif dan lebih seru. Dulu, menghafal kosa kata bahasa Inggris sulitnya minta ampun. Sekarang, dengan menggunakan otak kanan semuanya terasa mudah. Dulu, menghafal 16 Tenses lamaaa nya minta ampun. Setelah menggunakan otak kanan, ternyata menghafalkan 16 Tenses hanya butuh beberapa menit saja. Banyak trik-trik yang bisa membuat kita lebih cepat maju dan tidak ketinggalan. Kata kuncinya “trik”. Kalau mau browsing di internet sertakan kata “trik” ini akan mempermudah kita. contoh “trik mengoptimalkan daya ingat.” “trik menghafal tenses.” “trik menghafal rumus kimia.” Dan lain sebagainya. 4. Tidak sesuai dengan Passion (Ketertarikan) kita Tapi, terkadang walaupun kita sudah mengetahui trik, membenahi kekurangan pada hal-hal sebelumnya, namun jika yang kita pelajari ternyata tidak sesuai dengan passion (ketertarikan) kita, ini juga tidak akan mengoptimalkan potensi kita. oleh karena itu banyak ahli pendidikan sekarang yang menyarankan ambillah jurusan yang memang sesuai dengan passion kita. Saya termasuk orang yang terlambat menemukan passion akademis saya. Jika saya tahu semenjak SMP/SMA bahwa saya mempunyai ketertarikan di bisnis dan tulis menulis, mungkin saya akan masuk jurusan bisnis, ekonomi, sastra Indonesia dan lain-lain yang menyangkut kepada passion yang saya miliki. Nah, buat teman-teman pastikan passion anda apa, lalu pilihlah jurusan yang sesuai dengan passionnya. Hal ini akan lebih mengoptimalkan kita dalam proses belajar. 5. Belum menemukan arah tujuan hidup Tujuan hidup itu seperti Lokomotif pada sebuah kereta, pilot pada sebuah pesawat, setir pada sebuah mobil. Ianya akan membawa kita kepada arah tersebut. Tujuan hidup yang jelas akan menjadikan hidup kita bergairah. Butuh perenungan memang dalam menemukan tujuan kehidupan kita. namun, seiring berjalannya waktu, kita akan tahu dan menemukan makna hidup yang sebenarnya. Dengan begitu kita akan lebih berhati-hati dalam melangkah namun serius dalam bertindak. Namun, tujuan hidup ini tidak akan kita dapatkan ketika kita diam tidak bergerak. Sesekali setelah salat berkontemplasilah kenapa kehidupan kita kok ya seperti ini. Masalah datang terus menerus, belum selesai masalah yang satu, masalah yang lain sudah datang. Coba deh merenungkannya. Karena Allah ingin kita belajar bagaimana sedikit demi sedikit kita berubah kearah yang lebih baik. 6. Tidak mencitai apa yang dikerjakan Cinta bisa menjadi salah satu kunci kesuksesan. Sangat berkaitan erat dengan passion. Jika passion adalah ketertarikan, maka dengan cinta, passion menjadi semakin kuat. Semakin kita cinta pada sesuatu, maka semakin kita akan sulit untuk meninggalkannya. Semakin kita cinta pada seseorang, maka semakin susah untuk melupakannya. Cinta bisa merubah sesuatu yang dibenci dan memuakan, menjadi sesuatu yang sangat indah dan menyenangkan. Cinta memang aneh dan ajaib. Tapi khasiat cinta dapat menyembuhkan yang luka lebih cepat. Ketika kita merasa bahwa kita sedang memilih jurusan yang salah dan merasa memuakan jika harus menyelesaikannya sampai beberapa tahun kedepan, maka cinta inilah yang akan menjinakannya. Ketika saya malas untuk mempelajari bahasa Inggris, sementara saya harus menyelesaikannya beberapa tahun lagi, maka saya berusaha untuk mnghadirkan cinta di dalamnya. Jika cinta pada jurusan tersebut tak kunjung datang, maka waktu itu saya menghadirkan cinta yang lainnya, yaitu orang tua. Alasan orang tua sudah membiayai dengan susah payah sampai akhirnya saya bisa kuliah sudah cukup untuk bisa bertarung menyelesaikan kuliah saya sampai akhir dan mendapatkan ijazah sebagai bakti saya kepada orang tua saya. 7. Membiarkan Yang Salah Yang kurang pas adalah membiarkan yang yang salah tersebut berlarut-larut. Misalnya ketika anda merasa kuliah anda seperti basi, lemah, lesu, kurang powerfull dan anda memiarkannya, maka inilah yang saya sebut sebagai salah kaprah dengan kata “pasrah”. Pasrah itu bukan berarti “ya sudah, sudah malas mau diapakan lagi.” Pasrah itu ketika kita sudah tahu dan faham permasalahannya dimana, maka langkah selanjutnya adalah berusaha habis-habisan untuk menemukan dan memperbaiki yang salah. Dengan cinta akhirnya saya bisa memperbaiki nilai akademis saya. Dengan cinta pula akhirnya saya bisa menyelesaikan kuliah saya. Inilah yang saya sebut sebagai pasrah, menemukan titik masalah lalu meluruskannya ketika kita sedang tidak berada di jalan yang lurus. Kalau sudah tahu kita sedang berada di jalan yang bengkok, lalu kita tidak meluruskannya, maka ini lah salah kaprah. Atau jangan-jangan kita belum sadar dengan kesalahan kita? maka ini akan lebih berat. Secepatnyalah deteksi apakah kita sudah berada di jalur yang tepat atau belum. Jika sudah, maka bersyukurlah karena potensi kita sejatinya sedang berkembang disini. Semoga pengalaman ini bermanfaat bagi kita semuanya. Inilah yang saya temukan dalam kehidupan akademis saya. Untungnya saya masih bisa menemukan masalah saya dimana waktu itu. Kalau tidak, mungkin saya tidak pernah akan menjadi seorang penulis dan pebisnis…:D jadi selamat menemukan masalah anda ya…:D www.inspirasitendi.wordpress.com author buku "STOP BELAJAR!! Kalau Ingin Pintar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun