Gubernur Jawa Tengah ini tergolong sosok yang nekat, berani melawan arus ketidakpopuleran dan berani tidak populer, dengan berani mengambil keputusan berbeda terkait isu-isu yang dihembuskan sekelompok masyarakat dan LSM tentang pabrik semen di Rembang.
Sosok Ganjar termasuk sedikit atau langka yaitu anggota DPR yang berhasil menenangkan Pilkada pemilihan Gubernur. Lihatlah sosok Gubernur di seluruh Indonesia, pada umumnya adalah tokoh lokal ataupun incumbent yang memang memiliki jaringan yang kuat dan sangat mengenal medan. Terlebih Ganjar Pranowo mengalahkan incumbent Gubernur Jateng Bibit Walyu yang sangat populer, dan sebagian skeptis mengapa PDI Perjuangan tidak mencalonkan Rustriningsih Bupati Kebumen 2 periode yang sangat populer. Kedekatan dengan rakyat, membaur dengan rakyat sepenuh hati dan mampu memberikan penjelasan yang dapat dipahami rakyat jika ada keinginan/tuntutan rakyat yang dirasa kurang pas menunjukkan memang Ganjar tahu betul keinginan dan psikologi rakyat Jawa Tengah.
Jawa Tengah Terjepit Dua Raksasa Ekonomi Jawa
Jika membandingkan Jawa Tengah dengan Jawa Timur dan Jawa Barat, maka Jawa Tengah menjadi tidak populer dan serasa berada di tengah-tengah (terjepit) dua raksasa ekonomi penggerak ekonomi Jawa dan Indonesia. Kinerja ekonomi Jawa Barat dan Jawa Tengah tentu saja jauh diatas Jawa Tengah dan menjadi salah satu magnet bagi penduduk Jawa Tengah untuk urbanisasi ke kota-kota besar di kedua provinsi tersebut. Begitu besarnya Jawa Barat, sampai provinsinya dipecah menjadi Jawa Barat dan Banten. Kedua provinsi ini kaya akan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan Indonesia seperti minyak dan gas, memiliki lokasi geografis yang sangat mendukung, didukung oleh pelabuhan internasional pelabuhan tanjung priok dan tanjung perak, serta tentu saja Jawa Barat adalah pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia bagian barat sedangkan Jawa Timur adalah pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia bagian timur.
Penggerak utama ekonomi Jawa Tengah adalah industri pengolahan yang menurut data BPS di tahun 2012 dan 2015 berada diatas angka 35% disusul pertanian, kehutanan dan perikanan di angka 15% dan paling buncit adalah pertambangan dan mineral yang kurang dari 10%. Sektor pengadaan lsitrik dan gas justru mengalami pertumbuhan negatif, atau dengan kata lain konsumsi listrik jauh diatas kapasitas yang ada atau dengan kata lain Jawa Tengah defisit listrik.
Reformasi Birokrasi Ala Ganjar
Melihat bahwa birokrasi di Jawa Tengah masih menjadi salah satu penghambat utama, maka Ganjar lakukan reformasi birokrasi. Lelang jabatan samai dilakukan di eselon 3 yang bersifat strategis, aksi tangkap tangan pungli jembatan timbang bahkan menjadi viral di media sosial. Sebelum melangkah jauh, memang penjahat birokrasi mesti di sapu bersih, karena akselerasi pembangunan akan menyuburkan praktek korupsi jika birokrasinya belum dibersihkan. Memberikan ketauladanan, maka Ganjar rajin turun berdialog langsung dengan rakyat tanpa sekat dan aturan protokoler, sehingga rakyat Jateng dapat mengetahui apakah yang disampaikan gubernurnya bohong atau tulus. Tentu saja dicurigai, dimaki akan menjadi hal yang biasa dan resiko bagi Ganjar.
Jawa Tengah jika mau maju mesti beranjak dari kondisi yang ada saat ini. Memang industri pengolahan memberikan kontribusi besar, namun sebenarnya sebagian industri tersebut adalah “buangan” dari provinsi sekitarnya, semisal industri tekstil di Jawa Barat yang menjadi andalan provinsi ini, seiring upah minimum yang tinggi di kabupaten yang menjadi sentra produksi tekstil, maka pengusaha merelokasi industri ke Jawa Tengah yang “upah tenaga kerja” sangat rendah. Jawa Barat berubah menjadi sentra industri otomotif dan industri berteknologi tinggi lainnya, maka di Karawang saat ini adalah Kabupaten dengan UMK tertinggi di Indonesia, bahkan Jakarta saja kalah. Coba bandingkan Upah Minimal Kabupaten/Kota (UMK) Semarang tahun 2016 yang hanya Rp 1,9 juta dengan Kabupaten Karawang Jawa Barat Rp 3,3 juta, Bekasi Jawa Barat Rp 3,3 juta, Surabaya Jawa Timur Rp 3 juta dan Gresik Jawa Timur Rp 3 juta.
PLTU Batang dan Pabrik Semen Rembang investasi terbesar Jawa Tengah dan Bisa Saling Bersinergi
Saat ini PLTU Batang yang menggunakan bahan baku batubara dan pabrik Semen Indonesi di Rembang (baca : Semen Rembang) adalah investasi terbesar di Jawa Tengah. PLTU Batang akan mendongkrak investasi di sektor listrik dengan kapasitas 2.000 MW akan menelan investasi sekitar US$ 2 milyar, adapun pabrik Semen Rembang menelan investasi sekitar US$ 300 juta dengan kapasitas 3 juta ton/tahun.